“ Lo udah ngga papa kan, Sha? Sorry ya gue kemarin ngga bisa nungguin lo.” Ujar Naufal saat mereka sampai di sekolah.
“ Ya ampun kayak sama siapa aja Fal, santai aja kali.”
“ Lo masih lemes tapi Sha kelihatannya.” Ucap Naufal sambil memegang dahi Sasha, mengecek keadaannya.
“ Ngga apa kok, cuma rasanya kaya ada yang beda aja gitu.”
“ Gue masuk kelas dulu ya.” Ucap Sasha kepada Naufal lalu masuk ke ruang kelasnya karena mereka berbeda kelas. Naufal kelas MIPA 5 sedang Sasha kelas MIPA 1.
Kondisi kelas Sasha masih sepi, memang setiap hari Rabu dia berangkat lebih awal dari biasanya karena Naufal ada jadwal piket. Dia meletakkan kepalanya di meja, memejamkan mata sambil mendengarkan alunan musik di earphone nya, tubuhnya masih terasa lemas.
“ Sha, bangunn.” Sari menepuk-nepuk pundak Sasha yang masih memejamkan mata. “ Ada apa sih?.” Tanya nya setelah membuka mata dan mengubah posisi duduknya ke posisi biasa.
“ Ini lo bawa makanan banyak banget.” Tunjuk Sari ke arah meja Sasha. Sasha yang belum menyadari itu, celingukan karena dia tidak merasa membawa makanan sebanyak ini.
“ Ini bukan punya gue.” Jelas Sasha keada Sari.
“ Kalau bukan punya lo kenapa ada di meja lo Sha?.”
“ Ya gue ngga tau.” Lalu Sasha beralih mengambil makanan itu, ia mengecek ada apa saja karena kotak bekalnya tidak hanya satu, ada tiga tumpuk bahkan dengan sekotak susu. “ Ini ada note nya tapi tulisannya makasih ya buat kemarin, ini titipan dari Mama Papa gue. “
“ Berarti buat lo, tapi emang dari siapa?.”
“ Ngga ada tulisannya Sar. Tapi kayaknya gue tau deh dari siapa.” Sasha menebak-nebak kalau kotak makanan itu dari Angga karena kejadian kemarin.
“ Siapa Sha?.” Tanya Sari dengan kepo.
“ Kepo lo.”
“ Ih nyebelin lo ya, eh Rahma, masa dia di kasih makanan dari seseorang tapi ngga ngaku dai siapa?.” Sari mengadu ke arah Rahma yang baru saja masuk kelas.
“ Makanan apa?.” Rahma yang baru datang tidak kalah penasaran dengan kotak makanan yang disebutkan oleh Sari.
“ Nih liat.” Sari menunjuk kotak makanan yang di pegang Sasha.