Akhir Dimana Semuanya Bermula

Lyla Iswara
Chapter #3

Arman - Masa Sekarang

Entah sudah berapa lama aku menahan napas, setelah mobil ini berhenti di tepi jalan di depan rumahku. 

Aku masih menggenggam kemudi dengan kuat. Mataku nanar memandang ke depan. Tubuhku penuh keringat dan rambutku terasa lembab.

Berkali-kali aku mengembuskan napas kuat. Meredam dada yang bergemuruh.

Setelah merasa sedikit tenang, aku tidak lantas turun dari mobil. Namun, melihat ke arah samping, ke kursi penumpang. Dari pencahayaan yang temaram berasal dari lampu jalan dan dari lampu teras rumahku, aku melihat ada genangan noda di sana. Tidak banyak, hanya berupa tetesan. Di tengah kursi dan di bagian pinggir.

Sial, aku harus segera membersihkannya jika tidak ingin ketahuan. Beberapa waktu lalu telah terjadi pergulatan di sana.

Kuraih tisu yang ada di dashboard, mengambil kertasnya secara serampangan. Lalu, aku mengelap kursi itu dengan kuat, hingga punggung jariku terasa sakit.

Kusapukan tisu itu keseluruh bagian kursi hingga aku yakin, tak ada lagi jejak yang tersisa.

Kuamati keadaan sekitar yang lengang. Embun mulai menyelimuti malam. Tak ada orang yang terlihat. Bahkan, penjaga ronda pun tak nampak. Namun, mataku tetap awas, siapa tahu saja ada yang tiba-tiba muncul dari balik kegelapan.

Dadaku turun naik dan aku bernapas dengan mulut. Menunggu, hingga kegugupanku hilang.

Aku membuka pintu mobil dengan berlagak biasa. Aku tidak bisa melepaskan kepura-puraan ini, meski aku yakin tak akan ada yang melihat. Aku tetap merasa diawasi.

Perbuatan salah selalu membuat diri kita ketakutan, bukan?

Kutekan remote mobil setelah keluar tanpa perlu berbalik ke belakang. Berjalan melewati halaman rumah yang hanya berjarak dua meter dari jalan. Sesekali aku melihat ke belakang atau kesamping. Takut, tiba-tiba saja ada yang berteriak dan menyebutkan perbuatanku.

Sampai di depan pintu, tanganku gemetar meraih rangkaian kunci yang ada di saku celana. Tanganku terasa lembab dan berkeringat. Jika aku lalai, bisa saja kunci itu lepas dari genggaman.

Tenang. Tenang. Tidak ada yang tahu.

Ketika aku berhasil membuka pintu rumah, hanya kegelapan yang menyambut. Kesunyian mencengkram dan membuat nyaliku ciut. Namun, aku tidak bisa terlena dengan hal ini. Banyak yang harus kulakukan sekarang. 

Lihat selengkapnya