Menelusuri kembali seberkas memori kenangan dimana aku dan dia bertemu untuk yang terakhir kali nya. Dan perpisahan, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan di waktu itu. Waktu dimana aku memutuskan untuk pergi dan enggan untuk bertahan lantaran sebuah alasan yang sulit kujelaskan.
Akan tetapi, dia terus, terus dan terus berusaha memintaku untuk tetap tinggal dan bertahan. Namun aku tidak mungkin egois dengan keadaan, masih banyak hal yang harus aku pikirkan termasuk nasib keluargaku. Hingga pada akhirnya, aku memilih untuk menyerah dan pergi untuk meninggalkannya. Meskipun memang berat, tapi aku yakin semesta punya rencana indah di waktu yang tak kuduga.
"Heh ngalamun aja, lo pasti lagi mikirin masa lalu kan. Ngaku deh?" cerocos Winda sambil menoel pipiku.
"Mana ada mikirin masa lalu, udah tutup buku kali Win. Sekarang tuh yang harus dipikirin masa depan yang masih panjang!" jawabku ngasal.
"Halah mana percaya gue sama kata-kata lo. Yang ada terus dikenang masa lalu nya. Move on keles move on. Hari gini mikirin masa lalu mah gak jamannya. Masih banyak cowok yang mau sama lo. Ada pepatah mengatakan ‘Jangan terjebak pada lingkaran kenangan jika itu hanya akan membuatmu semakin larut dalam penyesalan’’!” kata Winda sambil sesekali memainkan ponsel di tangannya.
"Eh Win, ini kan mumpung cuti kerja, gimana kalau kita hangout? Bosen nih gue di kost mulu. Nanti gue traktir deh apapun permintaan lo, mumpung gue baru dapat bonus sama bos nih!" ajakku mengalihkan obrolan.
"Halah bisa ae lu ngalihin obrolan. Tapi hayuk deh gue mah kalau denger traktiran langsung gaspol wkwkwk!" balas Winda yang langsung bergegas mandi.