Akhir yang Dinanti

judizia
Chapter #9

Delapan.

Mia masuk ke dalam kelas dan mendapati hampir semua pandangan anak-anak di dalamnya serempak menatap kearah Mia. Jelas hal itu membuat Mia bingung, apalagi pada keanehan yang dirasakannya sejak sarapan pagi tadi. Namun Mia pilih untuk tak ambil pusing. Masih banyak hal yang perlu dia pikirkan dari pada di sibukkan dengan tatapan anak-anak yang hampir tidak Mia kenal dekat.

Karena itu dia pilih melanjutkan langkahnya lagi menuju kearah mejanya yang masih kosong tak berpenghuni. Lalu membuka buku biologi yang memang menjadi mata pelajaran pertama hari ini. Masih ada waktu lima belas menit untuk Mia kembali mempelajari materi yang sudah di ajarkan sekolah Mia sebelumnya. Namun tetap saja ada beberapa materi yang Mia lupakan.

"Mia."

Panggilan itu berhasil membuat fokus Mia beralih, dia pandangi sosok perempuan yang berdiri di samping mejanya ini, tubuhnya terlihat agak mungil, Mia lumayan ingat kalau santri ini merupakan salah satu anak yang sering mengajaknya bicara juga, selain Wina. Kalau tak salah Mia ingat perempuan ini bernama Ica, yang memang duduk di depan mejanya. 

Namun bukan keberadaan dari Ica yang membuat Mia bingung, melainkan ekspresi yang di tunjukan perempuan itu saat menatapnya. Ica terlihat ragu-ragu dan sesekali melirik kearah anak lain yang beberapa masih diam-diam mencuri pandang kearah Mia.  

"Kenapa?"

"Emm ... Itu, aku ... sebenarnya ada yang perlu aku bicarakan sama kamu. Tapi nggak di sini."

"Emangnya kamu mau bicara apa? 10 menit lagi bel masuk soalnya." Mia bukannya bermaksud untuk bersikap ketus pada Ica, hanya saja dia takut kalau sampai terlambat masuk kelas. Mengingat guru yang mengajar hari ini adalah Umi Rina yang di kenal tegas dan lumayan galak. "Bicara di sini aja, Ca. Nggak apa-apa kan?"

Masih terlihat ragu, Ica kembali bersuara. "Tapi, Mia ... kalau di sini ... itu-"

"Kenapa kamu sejahat itu mau ngerusak nama baik pesantren kita?" pertanyaan itu tiba-tiba muncul dari mulut perempuan lain yang kini berdiri di samping Ica. 

"Maksud kamu apa?" 

Jelas saja, kemarahan dari perempuan yang Mia lupa namanya ini sama sekali tak dia pahami. Mia baru saja tiba dan baru juga duduk tak lebih dari tujuh menit. Dari waktu sesingkat itu Mia malah kena marah dari teman sekelas yang namanya saja tak Mia ingat. 

Perasaannya? Jangan di tanya. 

"Jangan pura-pura nggak tahu ya! Semua anak di pesantren ini udah dengar kalau kamu yang nyebarin berita nggak baik tentang pesantren kita!"sembur perempuan itu lagi.

"Na, biar aku aja yang jelasin. Mia mungkin nggak tahu menahu tentang ini."

Ica terlihat berusaha menenangkan perempuan di sebelahnya, walau sepertinya aksi menenangkan itu tak berhasil dia lakukan. 

Lihat selengkapnya