Pagi harinya Mia mendengar berita. Bukan mengenai kejadian semalam. Kali ini jauh lebih menghebohkan dari pada sebelumnya, walau terlihat sekali masih bisa di redam oleh para santri yang ada. Karena sepertinya mereka masih cukup waras untuk tidak berbicara terang-terangan apalagi mengenai anak dari wakil pemimpin pesantren. Yang pernah menjadi guru favorit sejak pertama kali terjun sebagai pengajar.
Mia mendengarkan cerita dari Ica selaku orang yang lebih dulu datang. Perempuan itu tanpa di perintah mulai menceritakan apa yang di dengar. Mengenai Ustad Gilang, yang di kabarkan tidak lagi mengajar dan memilih pindah secara tiba-tiba. Lalu muncul rumor mengenai kedekatan yang dulu terjadi antara pengajar itu dengan Luna. Banyak anak-anak yang mulai mengaitkan kalau mungkin saja kematian Luna benar-benar di sebabkan putus cinta sesuai wasiatnya. Lalu di sambung dengan konspirasi-konspirasi lainnya yang juga beredar.
"Kayanya memang Ustad Gilang ada sangkut pautnya sama Luna deh," ujar Ica mulai ikut-ikutan. "Karena memang setahu aku itu, kepindahan pengajar di sini nggak sembarangan, bahkan cenderung sulit. Perlu waktu dan banyak yang harus di urus. Apa karena dia ini anak Wakil Pemimpin ya?"
Seperti mendapat ingatan, Ica tiba-tiba menarik lengan Mia, untuk mendekat.
"Kata salah satu teman aku di kelas sebelah. Setelah berita tentang Luna, sikap Ustad Gilang tiba-tiba berubah. Beliau jadi jarang masuk kelas. Bahkan beberapa kali kepergok sering melamun. Kita juga lihat kan keanehan beliau tiga hari lalu."
Tentunya Mia ingat akan kejadian itu, saat itu satu kelas melihat bagaimana tidak fokusnya Ustad Gilang saat mengajar. Bahkan sampai sering bolak balik keluar untuk izin pergi ke toilet. Keanehannya jelas membuat siapapun akan bertanya-tanya. Tak terkecuali dengan Mia memang.
"Dan ada rumor bilang kalau sebenarnya Ustad Gilang berencana menikahi Luna setelah dia lulus. Sayangnya rencana itu gagal karena ditentang keluarga Ustad Gilang. Lalu terjadilah," jelas Ica lalu berdehem pelan seakan baru mengingat sesuatu. "Aku cuma dengar itu aja sih. Maaf ya, Mia. Bukannya bermaksud nggak percaya. Cuma emang di sini jarang ada kasus perundungan, apalagi sampai nyeret santri yang--maaf, disabilitas. Kalaupun ada paling soal Intan dan Indah yang seringnya nyebarin gosip nggak benar. Atau paling juga Salma, kalau setiap kali suasana hatinya jelek selalu bentak siapapun yang nggak sengaja ganggu dia. Cuma itu yang aku tahu setelah masuk kesini."
Memang sudah banyak yang tahu mengenai praduganya dan pengakuan Mia yang melihat Luna di ikat sebelum perempuan itu mengakhiri hidupnya. Namun tak ada yang percaya, dan Mia jelas tidak bisa berbuat apa-apa.
Pikiran Mia melayang, saat kembali memikirkan kembali rumor-rumor yang di dengar Ica. Dia memang tak bereaksi apa-apa sampai pengajar masuk kedalam kelas. Mia harap bisa segera fokus dan mengakhiri pertanyaan di dalam kepalanya. Dia butuh fokus.
**