Sesuai kesepakatan di awal, Wina menemani Mia untuk bertemu Umi Jihan yang di pastikan tengah istirahat di kamarnya. Mereka berdua sudah keluar dari tempat yang di cap sebagai 'markas Mia'. Mereka sekarang tengah berjalan menuju asrama tempat para pekerjaan tinggal.
"Eh tunggu dulu, Mia. Kamu lihat deh. Yang keluar dari ruangan wakil pemimpin siapa? Bukannya beliau masih pergi ya?"
Pandangan Mia yang tadinya kosong, langsung teralih menatap di mana telunjuk Wina terarah. Keningnya mengernyit, berusaha untuk fokus pada objek yang kini tengah mereka amati. Terlihat sosok yang menjadi pembicaraan Wina tengah berjalan keluar secara mencurigakan dari ruang wakil pemimpin pesantren mereka. Jelas saja tingkahnya membuat siapapun akan curiga.
Di tambah lagi area itu sepi hari ini, tak ada orang lain selain mereka yang berada di sana. Mia yang curiga memilih menarik tangan Wina untuk mengikutinya mendekati sosok itu yang masih belum menyadari kehadiran mereka.
"Siapa ya?"
Pertanyaan Mia berhasil membuat orang yang tengah memunggungi mereka langsung membeku tiba-tiba.
Mia segera memeluk punggung perempuan dewasa itu saat melihat gerak-geriknya yang ingin melarikan diri. Sedangkan Wina dengan cepat merentangkan tangan, berusaha menghadangnya agar tidak kabur.
"Oke! Oke! Saya menyerah. Kalian bisa lepasin saya sekarang."
Suaranya yang familiar membuat Mia di landa kebingungan. Apalagi saat melihat raut wajah membeku dari temannya.