Semuanya terjadi begitu saja, Mia tak menyangka saat dia di bohongi oleh detektif Diana yang baru dia tahu merupakan salah satu kaki tangan keluarga Laras. Apalagi saat melihat ekspresi datar yang di tunjukan perempuan dewasa itu saat menyerahkan buku diari Luna pada Laras.
"Jadi ... coba kita lihat isinya apa ya." Laras mulai membuka-buka buku tersebut dengan tampang tak berminat. Sebelum memutuskan untuk menutupnya. "Ternyata membosankan."
"BRENGSEK KAMU, LARAS."
Bukan Mia yang berteriak, melainkan Wina yang tiba-tiba menerjang Laras.
"Dasar jalang! Teganya kamu lakuin itu!"
"Harap tenang, Wina. Aku tahu perasaan kamu. Pasti rasanya hancur saat melihat bukti satu-satunya adikmu bakal hilang nggak lama lagi."
Laras pandangi Wina yang tetap terlihat memberontak walau di tahan detektif Diana. Dia kemudian beralih, memandang kearah Mia dan Salma yang tampak terkejut dengan informasi yang dia ucapkan.
"Eh, kalian nggak tahu ya kalau Wina dan Luna itu saudara kembar?" tanya Laras dengan ekspresi terkejut di buat-buat. "Emang sih, wajah mereka nggak mirip. Di tambah Wina malah di asuh sama teman dari ibu mereka."
Laras kemudian berjalan, menuju kobaran api yang masih menyala-nyala. "Kalau kalian masih nggak percaya. Mia mungkin bakal ingat kalau aku kasih tahu ini."
Laras kembali membuka buku itu dan mengeluarkan sesuatu dari sana. "Mia, pastinya ingat kan?"