Pesantrennya di hebohkan dengan keberadaan ambulan dan mobil polisi yang berdatangan. Mia hanya diam saat melihat hilir mudik orang-orang di depan matanya. Dia tak lagi bersuara setelah di interogasi oleh detektif Wira setengah jam lalu. Dia juga mendapat informasi mengenai ada aliran dana mencurigakan yang masuk ke dalam rekening wakil pemimpin dan beberapa staf pengajar lain. Yang memang di ketahui kalau aliran dana itu berasal dari ayah Laras, selaku pemilik perusahaan tambang terkenal di kota.
Mia juga melihat detektif Diana yang ikut di tangkap, bersama si kembar dan Laras yang pingsan setelah jatuh dari lantai dua. Mia merasa semuanya berjalan begitu cepat, dia masih berusaha mencerna semuanya. Kejadian demi kejadian yang dia lihat.
"Mau minum?"
Mia mendongak, menatap kearah Salma yang kini duduk di sampingnya.
"Terima kasih." Setelah menerima air isotonik yang di berikan Salma. "Gimana kabar Wina? Dia udah siuman"
Salma menggeleng pelan. "Setelah pingsan, dia belum siuman sampai sekarang. Umi Jihan yang temani dia di ruang kesehatan."
Mia mengangguk sebagai respon. "Aku masih nggak nyangka kalau Wina sampai melakukan hal itu."