Lentera

silvi budiyanti
Chapter #3

Yang Muda yang Bercinta

Saat Sekolah Menengah Pertama aku memendam perasaan kepada teman wanitaku. Namanya Julia Lestari. Julia anak yang manis dan baik, saat memandangnya hatiku kian adem sekali.

Tapi apalah dayaku, aku tak memiliki keberanian hati untuk mengungkapkan perasaan ku. Cukuplah Julia menjadi semangatku untuk pergi sekolah dan belajar di Sekolah. Seharian dapat melihatnya satu kelas denganku, itu sudah menjadi pemandangan yang manis.

Apalagi jika jam istirahat tiba, dapat menyapanya, bermain mata dan menggoda Julia saat jajan di kantin sekolah semua merasa menyenangkan dan menghibur hati.

Lagi-lagi bersama Deni, tiap hari kami selalu bersama. Deni suka musik, aku juga suka. Deni suka nongkrong begitu pun aku juga suka. Hampir setiap minggu kami main ke Bandung, kegemaran kami adalah mendengarkan musik, nonton bioskop di Horizon Bandung, nongkrong di Bandung Indah Plaza dari siang ke sore hari atau sekedar mutar-mutar dan bersantai di Jalan Braga dan Kopo Bandung cuci mata. Kami berdua adalah sahabat yang tak terpisahkan. Kedekatan kami melebihi seorang pacar untuk saat itu.

Jika melihat gadis-gadis yang cantik dan aduhai kami pun mulai menggoda. Dua laki-laki tampan dan imut mulai beraksi. Arti pacaran saat Sekolah Menengah Pertama bagi kami hanya berusaha menjajaki, bagaimana sifat dan perasaan dari seorang wanita. Bagiku Julia tetaplah wanita yang kudambakan.

Aku tidak tahu apakah sahabatku Deni tahu atau tidak dengan perasaan ku kepada Julia, tapi aku rasa dia paham dengan segala gerak gerikku. Yulia, dia semangat aku untuk belajar, selain Pakle dan Bulek aku di rumah.

Nilai Raporku tidak pernah mengecewakan mereka. Walaupun aku bandel aku selalu juara kelas. Aku selalu mendapat peringkat 3 besar saat pembagian rapor.

Selain Deni aku pun bersahabat dengan Iki, dia kakak sepupuku. Rumah kami pun tidak terlalu jauh. Iki dari kecil suka sekali otomotif. Jika aku tidak ada jadwal bermain dengan Deni, maka aku sempatkan berkunjung ke rumah Iki. Iki sering memberikan ku buku-buku pelajaran bekas pakainya. Selisih hanya satu tahun denganku, bukunya masih dapat kupergunakan untuk belajar di rumah dan di sekolah.

Kalau sore tiba aku selalu belajar dengan mbak Susi di rumah. Menantikan waktu makan malam bersama Bulek dan Pakle ku. Ada satu sisi baru yang ku dapat kini, sebuah keluarga yang harmonis yang selalu makan bersama di satu ruangan. Dan aku mendapatkan sosok orang tua yang baru. Yang nyaris tak pernah ku rasakan saat kecil. Sekitar satu tahun aku merasakan hidup bersama dengan mbak Susi, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas beliau pun pulang ke Semarang. Mulai detik itu kami hanya tinggal bertiga di rumah.

*****

Lihat selengkapnya