Semua mata yang berada di ruang itu terbelalak melihat aksi Kakek Gio. Sementara tiga bodyguard Hari Banyu yang menyaksikan salah satu temannya roboh, langsung bergerak mengepung Kakek Gio.
"Mundur, Neng Cherry! Biar Abang yang menghadapi tiga begundal ini," ucap Kakek Gio. Dalam kondisi ketakutan, Madam Cherry hanya bisa mengikuti perintah Kakek Gio untuk mundur dan berbaur dengan kru yang lain.
Kakek Gio mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, beberapa detik kemudian menarik kaki kirinya ke belakang dan menekuk sedikit kaki kanannya untuk dijadikan tumpuan. Sementara tongkatnya kembali diturunkan di sisi sebelah kiri pinggangnya seperti seorang Samurai yang bersiap menghadapi pertempuran.
"Hiten Mitsurugi?" gumam salah seorang bodyguard yang mengenali jurus pedang yang sedang diperagakan Kakek Gio.
"Makanan apa itu?" ucap bodyguard yang lain.
"Dasar, bod0h! itu nama tekhnik pedang, tol0l!" sahut bodyguard satunya lagi.
"Ha ... ha ... ha ...," tawa Kakek Gio terdengar menggema memenuhi ruangan.
"Ternyata kalian tahu juga jurus andalakanku," cibir Kakek Gio.
“Ha … ha … ha …!” tawa seorang bodyguard mengejek Kakek Gio.
“Kenapa lu ikut ketawa?” tanya bodyguard lain yang heran menyaksikan tinggkah temannya.
“Ha … ha … ha …, kakek itu cuma mau menakut-nakuti kita, dikira kita masih bocah, jurus Hiten Mitsurugi cuma ada di komik Samurai-X.”
“Mari kita serang ramai-ramai kakek itu!”
Ketiga bodyguard secara bersama-sama mengayunkan tinjunya ke arah Kakek Gio, dari postur tubuh dan otot yang yang begitu kekar, bisa dipastikan Kakek Gio akan langsung ambruk jika terkena pukulan salah satu saja dari serangan itu, apalagi yang menyerangnya tiga secara bersamaan.
Madam Cherry, Maria dan semua yang menyaksikan hanya bisa menahan nafas menunggu yang akan terjadi. Namun detik selanjutnya justru di luar dugaan. Ketika pukulan ketiga bodyguard itu hampir mengenai tubuh Kakek Gio, dengan kecepatan yang luar biasa, Kakek Gio meyabetkan tongkatnya secara horizontal dari sisi kiri sambil berlari menghadang tubuh lawannya yang bergerak menerjang.
Sabetan tongkat Kakek Gio yang mengenai tulang rusuk lawan-lawannya membuat ketiga penyerangnya langsung duduk terjongkok sambil mengerang kesakitan.
“A --- a --- ampun, Kek!” erang ketiga bodyguard itu sambil memegangi pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain melindungi kepalanya karena takut Kakek Gio akan memukulkan tongkatnya ke-kepala mereka seperti yang dilakukan Kakek Gio kepada teman mereka sebelumnya.
“Kalian sudah lihat jurusku?” ucap Kakek Gio sambil mengalungkan tongkat di atas lehernya.
“Iya, Kek! kami mengaku kalah.”
“Dasar tidak berguna!” umpat Hari Banyu dalam hati, lalu dengan diam-diam Hari Banyu berusaha berjalan keluar ruangan. Namun belum sampai pintu keluar, tiba-tiba terdengar terikan Kakek Gio.
“Mau kabur kemana kau, Hari!” cegah Kakek Gio yang melihat gelagat Hari Banyu.
Hari Banyu yang semula akan pergi diam-diam segera membalikan tubuhnya sambil berkata,