Matahari tertutup gedung-gedung pencakar langit. Namun, bias cahayanya mampu melelehkan tali karet sandal jepit. Kakek Gio masih tertidur berbungkus karpet bak lumpia di atas lantai. Maria Ojawa yang baru saja terbangun, tergopoh keluar kamar menghampirinya.
“Kek ... Bangun, Kek!” Maria Ojawa mengguncangkan tubuh kakek Gio dengan panik. Tubuh sintalnya hanya terbungkus daster bergambar Spiderman yang sedikit transparan.
“Kek bangun, Kek! Gawat ini!” tangan kanan Maria terus mengguncang kue pastel raksasa yang ada di depannya.
“Bukan begitu cara bangunin Kakek Gio,” sela Nadia yang baru keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya terbalut kain handuk yang menutupi sebatas dada sampai paha atas.
“Bangunin, dong! Darurat nih!” pinta Maria tanpa menoleh ke arah Nadia. Wajahnya terlihat cemong dengan sisa bedak yang terhapus tidak rata karena baru bangun dari tidur. Rambut sedikit lebih kusut daripada kemoceng bulu ayam yang tinggal tulangnya.
Nadia melengos, masuk ke dalam kamar mandi lalu kembali keluar dengan gayung di tangan.
“Banjiiiiiiiir!” teriak Nadia sambil mengguyurkan air dalam gayung ke muka kakek Gio yang terselip di antara gulungan karpet. Kakek Gio mengejap, membuka satu matanya, lalu kembali tertidur dengan suara dengkur yang mengguntur.
“Ebuseeeet ... ini orang tidur apa udah Innalillahi, sih?” gerutu Nadia seraya bergegas bangkit hendak mengambil air kembali.
“Udah biarin,” cegah Maria Ojawa, “Kamu cepat ganti baju aja, biar Kakek Gio urusan Kakak.”
Nadia mengurungkan niatnya ke kamar mandi, dia segera berjalan menuju kamar dengan gayung yang masih di tangan.
Sepeninggal Nadia, Maria menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Dengan cepat tangan kirinya masuk ke dalam daster dan meyelipkan ke dalam ketiak. Lengan Maria lalu bergerak naik turun untuk menciptakan keringat di daerah itu.
Setelah merasa cukup, Maria mengeluarkan tangan yang sudah lembab itu dan mendekatkan ke hidung kakek Gio.
“Uuuuh … Aaaaah,” lengkuh Kakek Gio menirukan lagu Tiktok yang lagi viral. “Asyiiiiik ….”
Sekita Kakek Gio membuka matanya dengan hidung yang bergerak-gerak mencari sesuatu yang baru saja melintas penciumannya.
“Mau lagi?” Maria Ojawa menahan senyumnya melihat mimik Kakek Gio yang seperti kucing kelaparan.
“Emang barusan apaan?” tanya Kakek Gio polos.
“Ketek gueeee!”
“Eh … anyiiiing, Bangke!” Kakek Gio bergegas bangkit dari tidurnya dan langsung berlari ke kamar mandi.
Jegueeeer!
Suara menyerupai drum jatuh terdengar dari bilik mandi di mana Kakek Gio berada.