Klik! Dug! Jegueeer!
Nyonya Monalisa mendorong kuat-kuat pintu ruang Madam Cherry yang terasa berat. Alhasil ... Kakek Gio yang sedang meringkuk, berjongkok di depan pintu terdorong ke depan menggelongsor dan menubruk tubuh Madam Cherry hingga keduanya jatuh tersungkur.
“Aw ... sakit!” erang wanita berwajah palsu yang berkerut-kerut itu.
“Enyak ... Enyak ... Enyak!” Berbeda dengan Madam Cherry, Kakek Gio justru enggan berdiri dan masih menempelkan wajahnya di atas perut Madam Cherry.
“Cherry? Gio? Sedang apa kalian?” tanya Nyonya Monalisa kaget. Wanita setengah baya itu segera masuk ke dalam ruangan Madam Cherry sambil menutup pintu dengan goyangan bokongnya.
“Mama! ... Mama! Tolong Mama usir gorila ini. Jauhkan dia dariku, Mama!”
“Gio! Cepat bangun!” bentak Nyonya Monalisa. Matanya melotot ke arah aki-aki yang masih cengar-cengir menindih tubuh Madam Cherry.
“Sebentar lagi, Nyonya! Sebentaaaar saja!”
“SE ... KA ... RANG!” Nyonya Monalisa lebih menekan suaranya.
Sambil bersungut-sungut, Kakek Gio segera bangkit. Ia menepuk-nepukkan kedua tangan untuk menghalau kalau-kalau ada debu yang menempel di telapak tangan yang baru saja ia pakai untuk menyangga tubuhnya di atas lantai.
“Aku belum ternoda kan, Mah?” tanya Madam Cherry polos. Ia mengulurkan tangan untuk meminta Nyonya Monalisa membantunya berdiri. Namun, Kakek Gio yang berdiri tak terlalu jauh, bergerak dengan cepak menyambut uluran tangan itu.
Plak!
Gerakan tangan Nyonya Monalisa tak kalah lebih cepat dari Kakek Gio. Ia menepis tangan itu dengan tamparan yang cukup keras dan berhasil meraih tangan putrinya terlebih dahulu.
“Huh ... Negeri yang aneh, mau berbuat baik saja susah,” gerutu Kakek Gio sambil mengusap-usap tangannya yang terasa panas akibat tamparan Nyonya Monalisa.
“Terima kasih, Ma!” ucap Madam Cherry setelah berhasil berdiri. Ia mengibas-kibaskan blazer abu-abu yang dikenakannya dan merapikan bawahan celana yang terbuat dari kain katun semi transparan berwarna hitam.
“Kalian lagi main apaan, sih? Sampai-sampai main seruduk-serukan di lantai seperti itu?” tanya Nyonya Monalisa seraya berjalan ke arah sofa yang berada di ruang kerja putrinya yang diikuti Madam Cherry yang berjalan mengekor di belakangnya.