AKMAL & HELSA

Agustina Herlina
Chapter #1

#1 DISKORS ATAU DIPECAT?

Tawuran yang terjadi antara SMA Harapan dan SMK Bunga Bangsa berakhir di kantor Polisi. Penyerangan itu dipicu akibat salah satu murid SMA Harapan yang nyaris dilecehkan oleh murid Bunga Bangsa. Seluruh murid yang terlibat dalam aksi tawuran itu diseret ke kantor polisi, termasuk pemimpin penyerangan SMA Harapan. .

Laki-laki bertubuh tegap itu bernama Akmal Malik. Dia adalah otak dibalik penyerangan yang terjadi satu jam yang lalu. Akmal, si pemberontak yang tidak takut pada siapapun, kecuali Tuhan. Keadilan harus ditegakkan,itu adalah pikiran Akmal saat mengatur strategi penyerangan hari ini. Apalagi bagi Akmal– perempuan adalah sosok yang melahirkan peradaban.

Salah satu polisi yang mengurus kejadian ini melihat ke arahnya, miris sekali gadis yang mau berpacaran dengan laki-laki pembangkang ini.

"Kalian tidak kami tahan, usia kalian semua dibawah umur. Tapi, kalian wajib lapor selama satu bulan, terhitung mulai besok," ujar polisi yang menangani kasus tawuran itu.

"Dan kamu." Manik matanya mengarah pada Akmal, kakinya bergerak pelan menuju jendela menatap seorang gadis yang duduk diatas Vespa sendirian.

"Kalau bukan karena gadis diluar sana, kamu mungkin habis dikeroyok mereka," imbuh pria berseragam coklat tersebut.

"Dia pacar saya, pak," jawab Akmal, seolah ingin memberi kepada dunia, bahwa gadis diluar sana adalah miliknya.

"Ya sudah, saya persilahkan kalian pulang. Jangan sampai kalian kembali ke sini lagi, saya tidak segan menahan kalian disini,” perintah polisi itu dengan nada yang mengancam.

"Siap. Terima kasih, pak,” ucap mereka serentak.

Derap langkah dua kubu itu terdengar seperti gemuruh, mereka semua keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan beberapa polisi yang terheran-heran dengan kelakuan anak sekolah jaman sekarang. Memangnya apa yang lebih baik dari berdamai.

Langkah mereka berhenti, diambang lorong dekat pintu keluar menuju parkiran. Billy Mahendra –merupakan siswa SMA Bunga Bangsa menahan langkah Akmal dengan satu tangannya. Laki-laki itu menatap keluar parkiran, menyeringai kecil di depan wajah Akmal.

"Itu cewek yang lo jadiin bahan taruhan itu,’kan?" tebak Billy.

Akmal diam tak merespon omongan sampah musuhnya tersebut, namun sialnya hal yang dibicarakan Billy benar adanya. Gadis yang sedang menunggu di parkiran itu pernah menjadi bahan taruhan Akmal dan sahabatnya dua tahun silam.

"Boleh juga. Lo nggak ada niatan buat giveaway?" tanya Billy, dengan nada yang mengejek.

Akmal menggeram, tangannya yang hendak memukul Billy ditahan Arjun dan Ando– sahabatnya. Anak SMK Bunga Bangsa yang lain pun bereaksi untuk menyerang Akmal, namun dicegah Billy dengan satu tangannya.

"Calm dude." Billy tersenyum mengejek.

"Gue bunuh lo," sebut Akmal tepat dihadapan Billy. Wajah keduanya begitu dekat, hidung mancung itu menegak sempurna dihadapan rivalnya. Nyaris berciuman. Sorot mata Akmal bisa menyalakan alarm tanda bahaya. Tidak ada yang boleh menyentuh kekasihnya.

Billy menepuk pelan pundak Akmal. "Sudah berapa kali tidur?"

"BERENGSEK!" Kepalan tangan itu mengudara tanpa turun, tangannya ditahan salah satu polisi disana. Akmal berdecak penuh emosi, hampir saja dia ditahan lagi karena laki-laki brengsek seperti Billy.

"Kamu mau saya tahan lagi?" ancam polisi itu. Dengan emosi yang masih meradang, Akmal menepis kasar tangan pria itu, lalu beranjak meninggalkan mereka semua.

"Kalian semua bubar!" perintah polisi itu.

Segerombolan siswa itu meninggalkan polsek setempat, termasuk Arjun dan Ando. Mereka tidak kembali ke sekolah. Pihak sekolah sudah mengetahui aksi tawuran itu, sudah pasti esok mereka akan disidak habis-habisan oleh guru.

Berbeda dengan yang lainnya, Akmal sudah disambut kekasihnya dengan tatapan penuh kemarahan. Vespa kesayangannya dibawa gadisnya ke polsek, karena tahu Akmal tidak akan kembali ke sekolah.

Helsa Septian, sosok gadis yang sudah menemani Akmal selama dua tahun. Banyak orang mengatakan bahwa Akmal beruntung mendapatkan gadis seperti Helsa. Si penyabar, si yang paling gampang memaafkan. Soal kejadian tadi, Helsa yang menelepon pihak kepolisian tentang adanya tawuran di simpang SMK Bunga Bangsa. Helsa takut terjadi sesuatu pada kekasihnya, Helsa tidak mau Akmal terluka.

"Kamu tuh pantesan di kantin nggak kelihatan, Akmal." Helsa memberenggut kesal.

"Ceramahnya jangan disini, sayang. Malu sama polisi," titah Akmal

"Pulang yuk, kasihan nih pacarnya lebam semua," tunjuknya pada lebam yang ada pada wajahnya.

Lihat selengkapnya