AKMAL & HELSA

Agustina Herlina
Chapter #2

#2 DRAMA DATANG BULAN

“Sayang, masa kemarin aku nggak ikut kuis Pkn. Aku di usir Bu Mega.”

Suasana kantin ibu Rinjani siang itu sangat sepi, jam pelajaran terakhir baru saja dimulai. Kelas Helsa sedang tidak ada guru yang masuk, ibu Shinta-guru Bahasa Inggris sedang izin. Bersamaan dengan itu, Akmal mengajak Helsa duduk di kantin yang biasa mereka tempati. Kantin itu bisa dibilang tempat pacaran dua anak manusia itu, ibu Rinjani adalah salah satu orang yang menjadi saksi bagaimana bucinnya mereka.

"Kamu salah apa sampai diusir gitu?" tanya Akmal.

Helsa mendengus, "aku nggak sengaja pegang UUD'45 kemarin."

"Kamu contek?" Akmal terkekeh, jemarinya sibuk merapihkan helaian rambut Helsa.

"Nggak, itu semua karena Ranaya sama Bella," sergah Helsa.

"Bilang aja contek, Sa," tuduh Akmal yang ingin menjahilinya.

"Nggak, Akmal!"bantah Helsa

"Duh, pacaran terus nih berdua," goda bu Rinjani yang baru saja kembali sholat.

"Nikmatin masa-masa ini, Bu. Susah kalau udah pisah sekolah," celetuk Akmal begitu saja.

Helsa mengerutkan dahinya, apa maksud Akmal barusan?

Pisah sekolah?

Tidak mau berprasangka buruk, gadis itu berusaha untuk tetap tenang, dia tidak mau bertanya dulu. Nanti saja, Helsa hanya tidak ingin ribut disini.

"Sayang, nanti pulang ke rumah tante Dilah, mau nggak?"

"Mau dong, udah lama nggak kesana," jawab Helsa antusias.

Akmal tersenyum, mengacak pelan surai hitam kekasihnya. Helsa memang sangat akrab dengan tantenya Akmal, terlihat bagaimana dia sering mengaduh tingkah laku Akmal pada wanita paru baya itu.

Akmal adalah anak tunggal. Papa dan Mamanya sudah berpisah sejak usianya masih balita. Ia dirawat tante dan neneknya. Namun saat ini Akmal tinggal sendiri di rumah milik Papanya. Kerasnya kehidupan membuat dia menjadi anak yang mandiri dan kuat.

***

"Orang mah kalau habis pacaran tuh wajahnya semangat, lah si Helsa udah kayak orang nggak makan. Akmal nggak jajanin lo?" sindir Ranaya. Ranaya Kazila, namanya. Sahabat Helsa yang bisa dikatakan paling dekat dengan Akmal. Gadis bersurai pendek inilah yang mencomblangi Akmal dan Helsa.

"Sa, diam bae, kenapa?" tanya Citra, khawatir. Citra Purnama, Purna Paskibra tahun 2015. Diantara mereka, Citra yang terlihat paling dewasa.

"Fix nggak di kasih makan sama Akmal," tandas Bella. Yang ini namanya Bella Anastasya. Helsa mengenal Bella sejak SMP, bereda dengan yang lainnya.

"Diam dulu kalian, Helsa butuh waktu buat jawab." Diandra menengahi. Gadis polos dan luguh ini paling lemot istilahnya. Rumornya, Diandra pernah menjalin hubungan bersama teman sekelas Akmal.

"Keputusan dari sekolah udah keluar belum sih buat yang ikut tawuran kemarin?" tanya Helsa, netranya menatap satu persatu sahabatnya.

"Lo serius nggak tahu? Keputusannya, ‘kan udah keluar satu minggu yang lalu," ujar Ranaya memberitahu.

"Kok Akmal nggak bilang sama gue?" gumam Helsa yang masih didengar mereka.

"Yahh, kita nggak tahu kenapa kalau dia nggak cerita sama lo,” imbuh Citra.

"Emang keputusannya apa, Ray? Mereka di skors aja, ‘kan?" Sorot matanya penuh harap akan jawaban Ranaya. Helsa tidak ingin pisah sekolah dari Akmal.

"Akmal dikeluarkan dari sekolah," jawab Bella dengan sendu.

Air muka Helsa mendadak berubah, kelima sahabatnya terdiam melihat perubahan besar pada wajah gadis itu. Air mata membendungi pelupuk matanya, Helsa ingin menangis sekarang juga, namun dengan cepat dia mengusap matanya.

"Helsa, kita kirain lo udah tahu, makanya kita diam aja," kata Ranaya yang mencoba untuk menenangi Helsa.

"Maafin kita, Helsa," ucap Citra, peduli.

"It's ok, kalian nggak salah," jawab Helsa.

"Jangan sedih, Akmal nggak bakal macam-macam di sekolah barunya.” Keke menyemangati Helsa. Gadis bernama lengkap Keke Yudistira ini merupakan sepupu Bella.

"Semangat Helsaa..." teriak kelima sahabatnya, mereka memeluk Helsa penuh sayang.

Ranaya, Citra, Diandra, Bella, dan Keke adalah support systemnya Helsa, mereka akan selalu mendukung apapun keputusan yang dibuat gadis itu. Termasuk menerima Akmal masuk ke dalam kehidupannya. Sejauh ini Helsa sangat bahagia bersama kekasihnya.

Kringgg....

Suara bell sekolah menggema seantero sekolah, seluruh murid SMA Harapan berhamburan keluar sekolah. Waktu pulang adalah yang paling ditunggu. Sama seperti lainnya, Helsa dan kelima sahabatnya turut keluar dari kelas.

Di depan lorong kelasnya, Helsa sudah disambut kekasihnya. Ranaya dan lainnya sudah mengerti, Helsa memang hampir tidak pernah pulang bersama mereka.

"Kita duluan, ya, Sa. Jangan marah-marah," pamit Ranaya.

"Kita duluan, ya, kak," kata Bella yang pamit pada Akmal.

"Kak Akmal, Helsa lagi pms, jangan diladeni amukannya sebentar," seloroh Diandra. Yehh, dasar manusia lemot.

"Diandra..." tegur Citra dan Keke.

Akmal tidak heran dengan tingkah Diandra. Dua tahun menjalin hubungan bersama Helsa, Akmal bisa melihat karakter dari lima sahabat kekasihnya itu.

Dia mengalihkan pandangannya pada Helsa, sedikit menengok ke belakang rok kekasihnya, "nggak tembus, ‘kan?" Akmal memastikan.

Helsa hanya diam tidak membalas pertanyaan Akmal, pemuda itu yang sudah tahu mood Helsa memburuk langsung meraih tangan kekasihnya dan pergi dari sana. Tujuan mereka adalah rumah tante Dilah. Di parkiran Akmal segera mengenakannya helm, sudah biasa. Sekarang, dengan cekatan Helsa merampas helm tersebut dan mengenakannya sendiri.

Akmal bergidik ngeri, wajah Helsa sangat jutek. Biasalah orang pms, pikir Akmal. Setelah memastikan Helsa sudah duduk di jok motornya, Akmal dengan segera menjalankan vespa itu keluar sekolah.

Tidak ada yang bicara sampai motor berhenti di sebuah minimarket yang tidak jauh dari sekolah. Akmal masuk kedalam sana tanpa membawa Helsa, gadis itu tidak peduli apa yang dibeli Akmal.

Beberapa saat kemudian, Akmal keluar dari sana dengan kantong belanjaan. "Kiranti 3, Ultra Milk 3, Silverqueen 2, Taro 2," sebut Akmal yang melihat isi barang belanjaannya.

Helsa tidak menanggapi barang belanjaan kekasihnya, "aku mau ke rumah tante Dilah."

"Iya, kita berangkat," jawab Akmal. Kantong belanjaan itu digantung pada hook vespanya.

Dalam perjalanan Akmal mencuri pandang ke Helsa melalui spion motor. Biasanya gadis itu selalu berbicara sepanjang jalan, dengan suara yang bisa mengganggu pendengaran para pengendara lain. Helsa juga tidak memeluk pinggangnya.

"Jutek aja masih cantik," sindir Akmal.

Hening.

Hanya suara klakson dari segala penjuru arah yang terdengar. Di lampu merah, Akmal meraih tangan Helsa, menggenggamnya, dan bahkan dikecupnya berulang kali. Sepanjang perhentian itu, banyak pasang mata yang memperhatikan tingkah Akmal yang terus menggoda Helsa. Sepasang remaja berseragam putih abu-abu itu menarik perhatian mereka. Ah, romantis sekali.

"Pacarnya ngambek tuh," kata supir angkot yang kebetulan angkotnya sejajar dengan motor Akmal.

"Belum dapat jatah, Pak," timpal Akmal mengkelakari.

Lihat selengkapnya