AKMAL & HELSA

Agustina Herlina
Chapter #3

#3 BROKEN HOME

Helsa berasal keluarga terpandang. Orang tuanya pengusaha dibidang property. Sebagai pengusaha yang selalu melakukan bisnis trip keluar kota dan negeri, Helsa selalu merasa kesepian ditinggal Papa dan Mamanya. Namun, siapa sangkah ditengah kesibukan mereka, Renata selalu memantau kegiatan anaknya sehari-hari. Seperti sekarang, saat sarapan pagi itu Renata menyidak putrinya.

“Habis jalan kamu sama Akmal? Kemana aja pulang sampai larut malam?” cecar Renata saat di meja makan.

“Anak gadis itu sebelum maghrib udah masuk rumah. Mau jadi apa kamu kalau setiap hari selalu seperti itu,” imbuh Renata.

Prangg!                                                                                         

Bunyi sendok dan garpu yang beradu dengan piring membuat Mbak Ana menoleh sekilas pada Helsa. Si pelaku dengan wajah yang sudah merah menahan amarahnya, mendorong kursi ke belakang dan beranjak dari sana. Selera makan Helsa mendadak hilang.

“HELSA!” panggil Renata dengan nada membentak.

“HELSA, BERANI KAMU BEGITU SAMA MAMA! DINASIHATI ORANG TUA ITU DENGAR. SELANGKAH KAMU NAIK KE KAMAR, MAMA PINDAHIN KAMU KE SEKOLAH BARU!”

Helsa berhenti pada anak tangga pertama. Bukan karena dia takut dengan ancaman Mamanya.

“Udah puas Mama teriak-teriaknya?” tanya Helsa.

“Mama itu nggak suka aku pacaran atau nggak suka sama pacar aku?”

“Bergaul dengan laki-laki itu membuat kamu jadi kurang ajar dan pembangkang seperti ini,” hardik Renata. Suasana hatinya pagi itu rusak karena perbuatan anak sematawayangnya.

“Bu,” panggil Mbak Ana yang melihat nafas Renata memburu, takut Renata jatuh sakit.

Renata meminum segelas air, merasa dadanya sesak. “Apa yang kamu harapkan dari berandalan seperti dia? Apa yang kurang dari semua ini sampai kamu harus bersama laki-laki itu?"

Helsa menoleh pada Renata, bola mata putih itu memerah. Helsa menahan tangis karena merasa Mamanya merendahkan Akmal. “Akmal bisa beri Helsa kasih sayang. Kasih sayang yang nggak pernah Mama atau Papa berikan.”

“Untuk apa uang yang banyak kalau Helsa nggak pernah bahagia?”

“Mama dan Papa lakukan semua ini untuk kamu!” sentak Renata, masih duduk di kursi.

Helsa tidak mau berlama-lama berdebat dengan Mamanya, yang ada mereka hanya akan saling menyakiti. Ia lantas mengambil tas untuk berangkat ke sekolah. Hari itu Akmal tidak menjemputnya, entah apa alasannya, Helsa tak bertanya lebih banyak.

“Anak keras kepala,” tanda Renata yang melihat kepergian putrinya.

 

***

 

Dua minggu lagi ujian semester akhir diadakan. Rapat kepala sekolah dan para guru sedang diadakan. Para murid dikosongkan kelasnya, mereka dibebaskan dari pelajaran satu hari penuh. Helsa dan sahabat-sahabatnya duduk di kantin seperti biasanya.

“Sa, lo baik-baik aja, ‘kan?” tanya Ranaya.

“Lo sakit?” imbuh Keke yang memegang keningnya.

“Nggak panas kok,” kata Keke lagi.

“Helsa, Akmal datang,” ucap Diandra.

Segerombolan anak muda datang memasuki kantin, ada Akmal yang berjalan di depan. Postur tubuh tinggi membuatnya terlihat walau dari kejauhan. Helsa tak menggubris kedatangan mereka.

Cup

Satu kecupan mendarat pada kepalanya, Akmal langsung mengambil duduk disamping Helsa. Gadis itu masih nampak biasa saja. Helsa tidak bereaksi sama sekali.

“Hei,” sapa Akmal.

Helsa menoleh pada Akmal, air matanya nyaris tumpah ketika mata mereka saling beradu. Pertengkaran pagi tadi bersama Mamanya membuat ia merasa takut. Helsa takut Akmal tersinggung dengan semua bahasa Renata dan memilih meninggalkan dia.

“Kenapa?” tanya Akmal saat Helsa beralih memeluknya, membenamkan wajahnya pada dada laki-laki itu.

“Aku mau kamu,” jawab Helsa. Akmal menyerngit mendengar kata-kata itu. Ada apa dengan pacarnya?

Sahabat-sahabatnya langsung menatap keduanya, Helsa terisak dalam dekapan Akmal. Sejak tadi ada yang salah dari Helsa. Akmal memberi kode agar teman-temannya pergi.

Sepeninggal mereka semua, Akmal mulai melerai pelukan Helsa. Ia menarik satu tisu dan mengusap wajah dan mata yang yang lembab itu.

“Cerita sama aku,” pinta Akmal.

“Masih sama. Masih tentang kita, masih tentang Mama yang selalu-"

“Jangan bicara kalau itu buat kamu sakit,” tangkas Akmal, tangannya menautkan beberapa helaian rambut Helsa ke belakang daun telinga.

“Aku nggak apa-apa,” imbuh Akmal. “Dan kita bakal sama-sama terus.”

“Helsa, aku nggak pernah main-main soal kamu,” sekali lagi Akmal mengatakan hal yang selalu ia katakan.

Kalau saja saat itu mereka sedang tidak berada di sekolah, akan Akmal pastikan bahwa pacarnya akan menangis. Helsa meremas lengannya sangat kuat untuk menahan suaranya.

“Papa mau ketemu kamu,” ujar Helsa, mendongak pada Akmal.

“Bener?” tanya Akmal memastikan.

“Iya. Please, ketemu Papa.”

 

 

*** 

 

Seperti malam-malam sebelumnya, gadis itu memang selalu sendiri. Papa dan Mamanya sedang berada diluar kota. Seharian ini Akmal tidak menghubungi Helsa, biasanya jika hari minggu seperti sekarang, Akmal akan meminta Helsa ke rumahnya. Atau mungkin Akmal yang akan mengunjungi Helsa.

Dering panggilan dari ponsel mengalihkan pandangannya, Helsa segera meraih benda pipih itu dari nakas. Dari layar, nama Ando terpampang dengan jelas. Tumben sekali Ando menghubunginya.

"Hallo, An."

"Bawa pulang cowok lu sekarang," ujar Ando dari seberang sana.

" Gue nggak ngerti, maksudnya gimana?

"Akmal mabuk berat di rumah gue. Nggak tahu punya masalah apa lagi."

Helsa berdecak kesal, "kenapa lagi sih itu orang!Gue kesana sekarang," ucap Helsa.

Lihat selengkapnya