AKMAL & HELSA

Agustina Herlina
Chapter #5

#5 RESTU PAPA

Dua minggu setelah pertengkaran hebat antara Akmal dan Billy, Helsa sama sekali tidak menunjukkan wajahnya pada Akmal. Pembicaraan mengenai masa lalu Akmal dan Dona membuatnya bingung harus apa. 

Helsa ingin bertanya, namun enggan sakit hati. Dia tidak ingin jawaban Akmal menambah luka untuknya.

Sekarang dia menjaga jarak dari Akmal, dia tidak keluar kelas sama sekali. Masih terlalu banyak yang disembunyikan oleh Akmal darinya. Ini yang salah dalam suatu hubungan.

Selama dua minggu ini Akmal terus mendatangi rumah Helsa, meminta maaf pada pacarnya, namun kebungkaman yang dia dapati. Helsa tak mau berbicara padanya.

"Sa, dicariin sama Akmal. Temuin dia, jangan kayak gini," ujar Citra penuh ibah.

Helsa menggeleng keras, "nggak Cit."

Belum sempat Citra membalasnya, mereka dikejutkan dengan Akmal yang datang dan duduk tepat pada kursi milik Ranaya yang sekarang sedang asyik jajan diluar.

"Citra, gue mau ngomong sama Helsa," kata Akmal, meminta Citra untuk meninggalkan keduanya. Akmal butuh ruang untuk berbicara pada gadis keras kepalanya ini. 

Citra paham, dan segera beranjak dari sana. Ruang kelas itu tampak sepi, hanya ada beberapa murid disana. Sahabat-sahabat Helsa sedang asyik makan di kantin.

Helsa tak membuka suara sedikitpun, pandangannya lurus ke depan. Akmal mendesah berat, dia tahu Helsa marah padanya. Sudah dua minggu juga mereka tidak pulang bersama.

"Sa, jangan kayak gini terus," tegur Akmal. Posisi duduknya menghadap Helsa yang berada di dekat tembok. Gadis itu masih diam.

"Aku minta maaf," ucap Akmal, tulus.

"Aku nggak tahu mau ngomong apa, aku bingung, Al." Helsa mulai membuka suaranya, "disisi lain aku pengen tahu tapi disisi lain aku takut jawabannya buat aku sakit."

"Sa, aku nggak ada apa-apa sama Dona. Dulu memang aku pernah dekati dia, kamu tahu banget saat pertama kali aku mau deketin kamu, rumor menyebar kalau aku pacaran sama dia. Aku deketin Dona karena aku tahu Billy suka sama dia, aku hanya mau manas-manasin si brengsek itu, " kata Akmal.

Akmal mendengus pelan, "Billy mau hancurin aku makanya dia ngomong seperti itu sama kamu, karena dia tahu kelemahan aku ada di kamu."

"Terlalu banyak yang kamu sembunyikan dari aku," pungkas Helsa, "dua tahun."

"Nggak ada yang aku sembunyikan selama itu, Sa. Percaya sama aku," pinta Akmal dengan mata memohon.

"Kita break dulu."

Akmal mendelik. Dua tahun menjalin hubungan bersama Helsa, kata itu belum pernah terjadi atau terdengar dari mulut masing-masing.

"Nggak! Aku nggak mau," sebut Akmal, "kamu mau pergi dari aku? Nggak bisa!"

"Aku mau nenangin pikiran, aku mau bareng teman-teman aku," timpal Helsa dengan kesal.

"AKU BILANG NGGAK, YA NGGAK BOLEH!" Suaranya meninggi, mengejutkan murid didalam kelas itu. Akmal mencengkram lengan Helsa, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Al, kamu kasarin aku," ujar Helsa menahan sakit.

Akmal melepas cengkramannya, matanya tidak lepas dari Helsa. Dia merapatkan kursi agar lebih dekat dengan Helsa.

"Aku bisa lebih kasar kalau kamu nggak nurut," bisiknya.

"Kamu bukan Akmal," tanda Helsa, dia seolah tidak takut menatap lelaki dihadapannya sekarang. "Aku nggak pernah kenal sama cowok yang nyakitin pacarnya."

Akmal seakan tertampar dengan ucapan Helsa barusan, matanya mengerjap beberapa kali, seperti tersadar dari kelakuannya. 

Helsa meramas ujung seragam lelaki itu, matanya berkaca-kaca, dengan perasaan kacau itu dia menangis di sandaran dada Akmal. Tangisan kecil itu membuat Akmal terenyuh, didekapnya gadis itu ke dalam pelukannya.

"Maaf, Helsa. Aku hanya emosi," ucapnya.

"Ada drama apa lagi ini?" tanya Ranaya yang baru saja tiba dengan lainnya.

"Lo apain teman kita, Al?" lanjut Ranaya sedikit kesal.

"Ray..." tegur Citra, dia menarik lengan baju gadis itu.

Dari antara sahabat-sahabat Helsa, hanya Ranaya uang berani menentang Akmal, hanya gadis itu yang selalu bersikap kurang ajar pada lelaki itu.

"Kalian sudah baikan?" tanya Diandra dengan polosnya.

"Bisa keluar sebentar, gue belum selesai sama Helsa," ketus Akmal.

"Cabut guys!" perintah Ranaya.


***


Helsa merebahkan tubuh lelahnya diatas ranjang. Sepulang dari sekolah, dia langsung pulang bersama Akmal. Ya, mereka sudah baikan. Akmal meminta maaf padanya karena sedikit kasar, dan Helsa memberi maaf.

Selalu. Akan selalu seperti itu. Sampai kapan? Ya, setiap orang punya titik lelah sendiri.

Dering ponselnya membuyarkan pikirannya, sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal menarik perhatiannya.

Unknown Number: Hai, sampai jumpa di semester depan. I miss you.


Helsa menyerngit, nomor ponsel siapa ini? Dengan rasa penasarannya, dia menghubungi nomor tersebut. Sayangnya, nomor tersebut tidak aktif.

"Siapa?" gumamnya. Beberapa menit larut dalam pikirannya, sebuah pesan masuk lagi. Dengan cepat Helsa membuka room chat tersebut.

Lihat selengkapnya