Aknoom

Hargo Trapsilo
Chapter #2

Musim Berburu#2

Sebuah anak panah bermata besi yang kuat kembali mengenai seekor kijang yang sangat besar itu adalah Kijang kelima yang didapatkan oleh Pangeran Prana Jaya dari Kerajaan Saptagana putra dari Raja Sapta Jaya, Musim berburu telah tiba pangeran Prana ingin sekali bersaing dengan pemburu kijang yang ada di daerahnya dalam mendapatkan kijang yang paling banyak tahun ini sekaligus menunjukkan kepada keluarganya bahwa dia memanglah pemanah terhebat di kerajaannya.

SYUTTT ...

"Ayahku sungguh hebat," puji putrinya.

Sambil bertepuk tangan bersama Ibunya Itu adalah Kijang yang kelima yang diburu oleh Pangeran Prana Jaya, Dan nama anak perempuannya nya adalah Ratih Dyah Kirani seorang putri kecil cucu dari Raja Sapta Jaya.

"Prajurit ambil semua kijang hasil buruanku!" perintah pangeran Prana Jaya.

"Baik pangeran," jawab beberapa prajurit sambil membawa kelima kijang yang yang diburu oleh pangeran.

Dengan berat capek beberapa prajurit itu kembali mengangkat buruan hasil panah pangeran hari ini sungguh lumayan banyak dan besar selain Kijang ada juga beberapa kelinci liar lainnya, benar-benar hasil buruan yang sangat membanggakan baginya.

Ini adalah hari ketiga dimana pangeran Prana Jaya menghabiskan waktunya dihutan perburuan kijang dia ingin memamerkan hasil berburu Kijang kepada keluarganya dengan keahliannya berburu semua keluarga dan para prajurit dapat makan dengan kenyang selama tiga hari dua malam.

Sepuluh Kuda para penjahat bergerombol memasuki hutan mereka hendak merampok Keluarga Pangeran Prana Jaya putra Raja Sapta Jaya dari kerajaan Saptagana yang sedang berburu kijang di hutan bersama istri dan putrinya dimana mereka sedang bersenang-senang karena banyak mendapatkan hasil buruan kijang dihari itu dan beristirahat siang dengan prajurit yang kelelahan sewaktu berburu bersamanya.

Tampang kesepuluh penjahat itu bukanlah penjahat sembarangan mereka adalah penjahat buronan kerajaan yang meresahkan kaum bangsawan dan kaum miskin, pimpinan penjahat bernama Ki Kunta sosok oang tua berambut dan berjenggot putih yang berumur lima puluh tahun lebih memiliki pedang hijau berukir Ular Sanca yang sangat sakti, Kemampuannya menyamai Pendekar silat tua bernama Ki Pertala yang terkenal dengan Pendekar Pedang Merah Rajawali, Dahulu Ki Kunta dan Ki Pertala pernah bertarung dalam olah kanuragan namun tidak satupun dari mereka yang menang hingga saat ini.

Ki Pertala memiliki seorang putri di hutan bernama Dewi Jingga yang memilki penyakit aneh yang sulit disembuhkan setiap bulan purnama Dewi Jingga selalu muntah darah dan tidak dapat berjalan dengan baik karena selalu jatuh itu diakibatkan tulangnya yang sangat lemah ketika melahirkan anaknya dengan susah payah sehingga sang suami mencari pekerjaan ke kerajaan Saptagana dan tidak pernah kembali selama tiga belas tahun lamanya sang suami terpaksa meninggalkan Istri dan anak semata wayang mereka Mahesa untuk mengabdi sebagai pengawal pribadi Raja Sapta Jaya.

Mahesa adalah cucu dari Ki Pertala walau sekarang jarang bertemu dengan sang Kakek sosok kakek lah yang dianggap Mahesa sebagai ayahnya karena kakeklah yang mengajari jurus-jurus silat Rajawali kepadanya, Sang kakek hanya mengunjungi mereka setiap bulan purnama tiba. Ibu mahesa bercerita bahwa kakeknya mencari bunga obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya selama lebih dari dua puluh tahun, namun sang kakek tidak pernah mendapatkannya yang konon berada di hutan larangan, dia juga pernah mencari menantunya ke kerajaan Saptagana namun tidak pernah mendengar nama maupun kabarnya kakeknya menduga menantunya sudah lama mati karena tidak dapat bertahan di kerajaan, akhirnya dengan pasrah Ki pertala merawat anak dan juga cucunya hingga sekarang.

Melihat kondisi ibunya yang lemah Mahesa sangat ingin menemukan bunga obat itu hingga hari itu Mahesa pergi dari rumah tanpa seijin ibunya Mahesa nekat memasuki hutan larangan, Ibunya mencari kemana-mana Mahesa namun tidak dapat menemukan anaknya.

Mahesa berlari jauh memasuki hutan hingga dia mendengar derap langkah kuda dari jauh lalu Mahesa menuju kesana Mahesa melihat di balik pohon ada banyak kuda mengejar kereta kerajaan yang didalamnya ada pangeran Prana Jaya , Istri dan putrinya yang seumuran dengan Mahesa.

Kesepuluh kuda itu berhasil menyusul kereta pangeran dan menghabisi prajurit kerajaan yang mengawal pangeran Prana Jaya dengan cepat para prajurit dihabisi oleh para penjahat sakti itu.

HIYA !!! CIAT ... BWUSHH...

"Hahaha menyerahlah Pangeran Prana Jaya kalau tidak aku akan menghabisi Istri dan juga anakmu," kata seorang bernama Genta yang merupakan kepercayaan Ki Kunta.

"Kurang ajar kalian dasar penjahat tidak akan kubiarkan kalian menghabisi keluargaku beraninya kalian semua menganggu waktu berburuku di hutan ini!" marah pangeran Prana dengan kuda-kuda silatnya pangeran prana jaya bertarung dengan salah satu dari sepuluh penjahat buronan itu.

Genta menyerang pangeran Prana namun Pangeran Prana tampaknya bukan orang biasa beberapa kali Pangeran Prana Jaya mampu menjatuhkan Genta dalam pertarungan silat.

HIYA ... DHUAK ... BLEDAK ... (terdengar suara jatuh oleh Genta).

"Kurang Ajar!" marah Genta yang lalu mengunakan jurus silat andalannya.

DHUAK ... CIAT ... HIYA ... ADUH ... (lagi-lagi Genta jatuh kalah oleh Pangeran Prana Jaya).

"Bangunlah itu belum apa-apa penjahat busuk," ejek Pangeran Prana jaya.

"Uh sial Ki tolong?" pinta Genta kepada ki Kunta.

Lihat selengkapnya