Cupid adalah Dewa Cinta dalam mitologi Romawi Kuno. Orang-orang Yunani mengenalnya sebagai Eros, Dewa Cinta yang tampan. Menurut legenda, semua makhluk yang terkena panah Cupid akan mendapatkan hasrat yang tidak bisa mereka kendalikan, terutama kepada lawan jenis. Sebut saja, Apollo yang jatuh cinta kepada Daphne karena panah emas Cupid.
Kekuatan Cupid menjadikan dirinya lambang cinta dan gairah. Satu hal yang mampu Rauna pelajari, cinta adalah hasrat tanpa preferensi, seperti Cupid yang akhirnya jatuh cinta pada Psyche, gadis biasa yang jelita. Bagaimana rasanya saling berbagi kasih layaknya Cupid dan Psyche?
“Ngelamun.” Sebotol jus jeruk dengan bulir utuh hinggap di depan Rauna.
Rauna meneguknya cepat, haus habis menghadapi mata pelajaran kesenian. “Makasih.”
Janira duduk di hadapannya dengan semangkuk bakso. “Gue pikir, lo bawa bekel. Enggak makan?”
“Belum laper,” jawab Rauna pendek, kemudian kembali menekuri kisah cinta Cupid dan Psyche di buku yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah.
“Ada Andya, tuh.”
Rauna mengikuti netra Janira yang mengarah ke samping kiri. Matanya langsung bertemu sosok Andya yang baru memasuki kantin bersama Gaung. Teman-teman Andya yang Rauna tahu berasal dari kelas lain menyambut kehadiran mereka. Andya bahkan sempat membalas sapaan beberapa adik kelas, juga kakak kelas. Sepupunya memang sepopuler itu.
Rauna menyangga dagunya dengan kedua kepalan tangan. Setelah Gaung pergi, Andya tampak mengobrol dengan keempat orang yang duduk bersamanya. Tertawa bersama, bahkan tanpa sungkan saling menepuk bahu. Andya cantik, apakah Rauna boleh menyebutnya wajar ketika Andya dikelilingi lebih banyak orang?
***
“Dengan semester kemarin sudah lima bulan. Sebentar lagi PTS. Kalau belum dibayar juga, terpaksa kamu enggak bisa ikut PTS.”
“Makasih, Bu.” Suara ini menghentikan langkah Rauna, padahal dia hanya harus berbelok ke samping kanan dan terus berjalan lurus untuk bisa sampai di musala sekolahnya.
Selang beberapa detik, seorang lelaki melewatinya begitu saja meski pandangan mereka bertemu. Persis dugaan Rauna. Perempuan itu akhirnya mengembuskan napas takacuh sebelum kembali melanjutkan langkahnya. Bu Ergi, staf Tata Usaha yang mengurusi keuangan sekolah, sempat menyapanya dengan ceria begitu dia melewati loket ruang Tata Usaha.
Seharusnya, memang Rauna tak usah peduli saja pada suara Gaung yang kebetulan mengotori telinganya. Lelaki itu benar-benar selalu mampu menaikkan mood buruknya. Belum lagi, sekarang matanya malah menangkap kehadiran Andya bersama teman-temannya yang baru tiba di musala. Andya tampak menyuruh teman-temannya untuk masuk terlebih dahulu, sementara dirinya menghampiri Rauna.