Akresi

Kinalsa
Chapter #8

Bab 1.7

Gaung terbangun keesokan harinya dengan pegal di seluruh tubuh. Begitu menyalakan ponsel, hal yang pertama diliriknya adalah jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ini hari sekolah. Artinya, sudah terlambat untuk Gaung datang ke sekolah. Ya sudah, sekalian bolos saja, pikir Gaung.

Banyak panggilan tak terjawab dari Firsah dan Andya. Gaung tidak mempedulikannya dan segera bangkit duduk. Dia meregangkan kedua tangannya sambil menggerakkan leher ke samping kiri dan kanan. Semalaman, dia berdiam sendiri di Mojok hingga jatuh tertidur.

Perutnya lapar. Begitu memeriksa kantong celana, Gaung menemukan uang koin seribu rupiah. Segera saja dia mencari warung terdekat untuk membeli dua gelas air mineral. Satu gelas dipakainya untuk membasuh wajah, satu lagi untuk berkumur dan minum. Setelahnya, dia kembali ke Mojok dan mengabari teman-temannya agar datang ke sini selepas sekolah. Sembari menunggu, dia bermain game di ponselnya dengan tubuh berbaring terlentang.

***

“Gue udah izin sama Mama. Yuk, kalau mau di rumah gue.”

Rauna membereskan barang-barangnya dengan pandangan mengarah pada Janira. “Bahan-bahannya beli di mana?”

Teman satu bangku Rauna itu tampak berpikir sebentar. “Kalau sendok plastik sama lem, sih, ada di warung deket rumah gue. Kardus juga bisa minta. Kalau mesin jam nanti, deh, suruh abang gue aja yang cari, sekalian pasangin. Kita, kan enggak bisa.”

Rauna mengangguk setuju. Dia juga tidak punya opsi lain. Diberi tugas membuat prakarya begini berdua dengan teman sebangku saja sudah membuat Rauna bersyukur. Kalau sendiri, sudah pasti dia stres mendadak.

Mereka memutuskan untuk membuat tugas prakarya di rumah Janira yang jaraknya lebih dekat dengan sekolah. Selesai membereskan barang masing-masing, kedua perempuan itu bergegas meninggalkan kelas. Keberadaan Andya yang tengah bersama Arlo di depan gerbang sekolah membuat Rauna menarik Janira untuk menghampiri sepupunya itu terlebih dahulu.

“Dy, lagi ngapain?”

Andya sedikit tersentak. “Na, aku mau pulang.”

“Sama Arlo?” Arlo sang pemilik nama hanya fokus menunggu angkutan umum.

“Iya. Gaung enggak ada kabar, Na. Enggak masuk juga hari ini, tapi aku udah dikasih tau temennya buat nunggu kabar aja dari mereka. Nanti mereka bakal hubungin aku kalau berhasil dapet kabar dari Gaung.” Andya menjelaskan dengan resah.

Rauna mengusap lengan atas sepupunya. “Mau coba ke rumahnya?”

Lihat selengkapnya