Aksara 4 Cangkir

Adam Nazar Yasin
Chapter #8

Doa Baik itu Terkabul

Semester 3 telah di mulai, gedung baru sudah pasti digunakan meski belum rampung seutuhnya. Aku sangat antusias menjalani hidup di tempat baru ini. Apalagi, angkatan 2018 akan segera mendapatkan adik tingkat. Aku mengajak teman-teman untuk singgah di kosan baru saat pulang melihat gedung kampus. Dan syukurnya, Rifqi dan Raka beserta seorang temannya yang sedang menjalani S2 di UIN kampus 2—bang Harmin, mendapatkan kosan tepat di samping kamarku. Selain itu, Ada juga kang Asep angkatan 2016 yang ‘berjodoh’ dengan kosan ini, kamarnya tepat sebelah tangga.

“Guys, pulang dari kampus maen PES yuk. Di laptop Raka ada versi terbaru ....” Ujarku saat angkatan 2018 baru melihat gedung baru. Namun karena kosan laki-laki, Dela tidak akan bisa ikut. Apalagi dengan tampilannya yang bercadar, tidak etis jika berbaur terlalu jauh dengan lingkungan kosan laki-laki.

“Nah mantap, gaskeun!” Endang sangat antusias kalau soal bermain game sepak bola.

Iqbal menanggapi, “Ayo deh, tapi urang beli kopi dulu ah, mau nitip engga?”

akupun menitip rasa kopi yang sedang di inginkan, “Nah gokil, kopi good day vanilla satu ya ....” 

 “Sal, ayo anter beli kopi dulu ....” Iqbal menaiki motor Faisal lalu pergi berbelanja kopi terlebih dulu.

Setelah sampai kosan, Raka dan Rifqi yang sudah aku beritahu nampak sudah bersiap, “Mantap, haha. Aku pake Arsenal yah.”

Aku menyiapkan air panas dengan kapasitas yang lumayan banyak dalam cere listrik milik Rifqi. Meski yang berniat menyeduh kopi berempat, peluang yang lain menyeduh juga ada. Apalagi dengan aktivitas yang sedang bermain PES, pasti kurang seru kalau tidak ada minuman dan santapan ringan.

Tidak lama setelah air mendidih, Iqbal dan Faisal sudah sampai dengan membawa variasi kopi sachet.

“Nih ada banyak, pilih aja. Mau kopi item juga ada urang beli.” Ucap Iqbal yang menaruh berbagai pilihan kopi di lantai kamarku.

Sebenarnya di semester 2 lalu, kami sudah diperingatkan untuk jangan terlalu banyak mengkonsumsi kopi seperti itu oleh pak Utan. Beliau mengatakan bahwa kopi seperti itu lebih banyak mengandung air kelapa daripada biji kopi asli. Akupun pernah membaca dari beberapa sumber media bahwa meminum kopi terlalu sering malah dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil. Kafein yang terkandung dalam kopi bersifat diuretik, hal tersebut membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan. Meskipun secara medis seperti itu, bagiku kopi instan ini malah memperkuat ikatan pertemanan dengan teman-teman yang baik ini.

“Gooll!” terdengar teriakan Raka, menandakan pertandingan mereka berjalan sengit.

Endang yang sedang menyeduh kopi sedikit kepo dengan apa yang terjadi di kamar Rifqi, “Siapa yang menang?”

“Tadi si Raka baru nyetak gol, belum selesai pertandingannya ....” kata bang Harmin yang sedang menonton dari belakang mereka berdua.

Masih sempat bermain PES disaat beberapa teman di prodi lain sudah sibuk dengan berbagai praktikum dan laporannya, terkadang membuatku bertanya-tanya....

Sesantai inikah kuliah di agribisnis? Tidak adakah proses belajar yang rumit dan menantang di prodi yang prospeknya maha besar ini?

Sedang asik bermain PES dengan sangat serius, tiba-tiba ada pesan masuk di grup komunitas. Aku membuka grup itu, dan ternyata isinya adalah file jadwal untuk semester 3 yang di kirim oleh bu Yayu.

“Bro, jadwal kuliah udah keluar nih ...." ucapku yang sedikit teriak ke kamar sebelah. Namun betapa sengitnya pertarungan di Laptop Raka itu membuat teriakanku tidak di gubris.

Setelah aku cermati mata kuliah semester 3 nanti, nampaknya intensitas belajar tidak sesantai 2 semester awal sebelumnya. Akan ada beberapa praktikum yang sepertinya akan punya daya keberlanjutan sampai kami mencapai tingkat lanjut.

“Mantap nih, bakal mulai banyak turun ke lapangan,” gumamku saat melihat jadwal baru untuk semester 3. Namun nampaknya sedikit disayangkan, di semester ini tidak ada mata kuliah gabungan lagi, seperti mata kuliah Al-Islan Kemuhammadiyahan dan Technopreneur. Padahal, metode pembelajaran dengan mencampurkan mahasiswa prodi lain membuatku akan lebih banyak menyerap ilmu dari sudut pandang keilmuan lainnya. Memang sepertinya, pembelajaran sudah memasuki pada tahap yang sangat spesifik, menuju keilmuan agribisnis yang sesungguhnya.~

***

Beberapa hari setelah beradaptasi dengan kosan baru, tiba-tiba sebuah rezeki yang bukan berupa uang dan tidak terduga kehadirannya kembali memberikan warna cerah di hidupku. Seorang dosen laki-laki yang kerap dekat dengan Faisal dan anak agribisnis lainnya saat di kampus Palasari—pak Fauzi, memutuskan untuk bertempat tinggal di kosan yang sama denganku. Aku melihat beliau sedang mengecek beberapa kamar kosong yang dipandu oleh sang pemilik kos.

“Pak Fauzi?” ucapku yang agak kaget melihatnya melewati pintu kos kamarku.

Beliau meresponnya dengan kaget juga, “Eh Adam? Ngekos disini?”

“Iya pak. Nih di depan ada Raka, di samping ada Rifqi.” ucapku sambil menunjuk kamar mereka masing-masing.

“Oalah, bagus deh ada yang kenal hahaha ….” beliau nampak senang dengan informasi tersebut.

Meskipun beliau berstatus dosen prodi Bioteknologi, aku, Faisal, dan Adam Agung dari Jakarta yang memutuskan keluar dari kampus memang punya cerita tersendiri dengan beliau. Pak Fauzi merupakan dosen mata kuliah Technopreneur dari Faisal dan Adam Agung. Suatu ketika, mereka berdua merekrutku untuk mengembangkan bisnis pesan antar sarapan pagi yang memiliki brand bernama “Bronas”. Meski dibimbing pak Fauzi, bisnis itu tidak bisa bertahan lama. Konsistensi kami bertiga tergoyahkan oleh berbagai aktivitas kami masing-masing. Akhirnya, merintis bisnis yang merupakan tujuan dari mata kuliah technopreneur itu harus lenyap. 

tok,tok .... ” suara ketukan pintu itu nampaknya mengetuk pintu kamarku.

Aku membuka pintunya, terlihat pak Fauzi yang sedang berdiri, “Dam, udah makan siang belum?”

Melihat jam di ponsel, nampak belum waktunya aku makan siang, “ Belum pak.”

“Bapak ada nasi lebih tuh, nanti buat Adam aja. Bawa piringnya ke kamar.” perintah beliau.

Lihat selengkapnya