Aksara 4 Cangkir

Adam Nazar Yasin
Chapter #11

Melawan Rencana

Breaking News!

(Senin, 2 Maret 2020 12.23 WIB)

Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengumumkan temuan kasus infeksi virus Corona pertama di Indonesia pada Senin.

Di Istana Merdeka Jakarta, Presiden menjelaskan bahwa virus Corona baru didapati menyerang seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun yang tinggal di wilayah Indonesia.

======

Niat baikmu sudah benar, usaha kecil itu layak dilakukan….

Namun kehendakNya telah digariskan, siapapun hanya bisa ikuti alurnya….

Impian kecilmu hancur, tapi jangan kepercayaanmu….

Karena hikmah itu indah, dan cerita hebatmu baru akan dimulai.~

===================================================

Mengawali semester 4 di awal bulan Maret 2020, usaha cirengku telah resmi dimulai. Setelah menunda selama sebulan dari rencana awal karena aktivitas akademik, rasanya ini waktu yang sangat pas berjualan cireng. Terlihat di kampus sudah mulai banyak aktivitas dosen dan mahasiswa. Semua yang kuperlukan seperti minyak goreng, alat penyaring, dan box untuk wadah cireng sudah lengkap tersedia.

“Akhirnyaaaa, bismillah semoga laku habis hari pertama ini …. ” gumamku yang semangat saat menggoreng.

Setelah kembali belanja ke Baleendah diantar Faisal hari sabtu kemarin, akhirnya aku bisa menggunakan freezer milik prodi. Karena sudah di izinkan untuk memakainya, aku tidak kesulitan mendapatkan kunci untuk akses ke laboratrium. Cukup bilang ke satpam di pos depan kampus, bapak yang berjaga akan memberikan kuncinya. Aku pergi ke laboratorium ketika waktu mendekati jam 6 pagi.

Seperti yang dulu dilakukan, aku mencoba di hari pertama ini menggoreng 100 cireng. Proses itu memakan waktu sampai mendekati jam 9. Aku sangat berharap cireng ini bisa habis sehari. Karena itu, aku perlu ekspansi pasar dan tidak hanya mengandalkan di kampus sendiri.

Untungnya, aku kenal dan sudah bernegosiasi dengan salah satu pedagang es Thai Tea di depan kampus 2 UIN SGD hari sabtu kemarin., namanya pak Surya.

“Assalamualaikum pak, ini cireng yang kemarin Adam mau titipin. Dari Adamnya 2000, mungkin coba dijual 2.500.” ucapku pada beliau.

Pak Surya sangat antusias melihatnya, “Waalaikumsalam, masyaallah. Siap dam, nanti sampai sore coba bapak tawarkan yah …. ”

“Oke siap pak, makasih ya.” lalu aku melanjutkan perjalanan menuju kampus.

Aku menaruh di lapak pak Surya sebanyak 40 cireng. Sisanya aku alokasikan untuk berjualan di kampus. Melihat jam sudah mendekati jam 10, aku harus bergegas agar tidak telat masuk kuliah.

Sesampainya di kampus, aku membawa cireng itu ke ruang dosen. Karena bagian koperasi belum ada penjaga, pak Fauzi menyarankan agar cirengku dijual di ruang tempat para dosen lainnya berkumpul. Namun beberapa teman dari prodi lain yang melihatku membawa cireng membelinya di tengah perjalanan.

“Assalamualaikum …. ” Salamku yang melihat pak Fauzi sudah ada di mejanya.

Aku menaruhnya di atas etalase samping pintu masuk, “Pak, disini boleh ya …. ”

“Waalaikumsalam. Iya dam, taruh aja disitu. Nanti banyak yang liat kok .… ” ucap beliau yang fokus dengan notebooknya.

“Oke, makasih pak …. ”

Aku berangkat ke kelas dengan rasa bahagia. Semoga apa yang aku usahakan bisa menjadi pondasiku dalam mengarungi hidup yang lebih mandiri dan berdaulat secara utuh.~

***

Setelah berjalan dua pekan, cireng yang aku jual ini sudah memutarkan uang dengan nominal yang lumayan. Karena stoknya habis, aku harus belanja kembali ke Baleendah. Karena uangnya sudah bertambah, aku berniat menambah stoknya supaya Harga Pokok Produksi (HPP) bisa turun nilainya, sehingga keuntungan yang diperoleh akan jauh lebih besar.

“Kayaknya bisa nih beli 120 cireng, lumayan hemat ongkos sekali jalan.” gumamku yang senyum sendiri sambil memegang lembaran uang.

Aku menghubungi Faisal dan meminta bantuannya kembali melalui pesan WhatsApp.

“Assalamualaikum, sal besok ada waktu ga? Gas Baleendah lagi yuu …. ” pesanku dengan percaya diri.

Namun, kali ini dirinya tidak bisa mengantar, “Waalaikumsalam, duh hampura dam. Lagi ada agenda lain sama keluarga, belum bisa nganter lagi.”

Meski sedikit kecewa, nampak ini membuatku harus semakin mandiri. “Oalah, yo wis gapapa deh….”

Mau tidak mau, perjalanan harus bisa ditempuh untuk kembali mengisi stok cireng. Aku mencari informasi di google tentang rute yang benar untuk sampai Baleendah,

“Oh naik ini aja toh, simple sih. Oke besok gas .… ”

Keesokan harinya, aku berangkat dengan menaiki Damri di pinggir jalan Soekarno-Hatta. Aku berhenti pada perempatan jalan M. Toha dan melanjutkan perjalanan dengan angkot menuju Baleendah.

“Mang, ke arah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan kan?” tanyaku pada supir angkotnya.

Supir itu menjawab, “Iya de, sok naik …. ”

Berbeda dengan ketika diantar Faisal, naik angkot ini harus menunggu beberapa saat sampai penumpangnya penuh. Memang rasanya menyebalkan sekali ketika punya aktivitas dengan mobilitas tinggi seperti ini belum punya kendaraan pribadi. Tetapi aku sadar, inilah bentuk perjuangan hidup. Sekilas aku mengkhayal kalau uang dari jualan cireng ini sudah banyak, aku ingin membeli motor tanpa kredit.

Hampir satu jam perjalanan, akhirnya aku sampai kembali ke pabrik Republik Cireng.

“Assalamualaikum pak…” ucapku yang melihat bapak pemilik.

Bapak itu langsung menyuruhku masuk, “Waalaikumsalam, eh dam. Sok kesini .... ”

“Mau ngambil lagi pak, tapi lebih banyak. 120 cireng ada?” tanyaku sambil melihat ke dalam freezer.

Sang bapak nampak antusias mendengarnya, “Insyaallah ada. Mau nyoba sama risolesnya engga?”

“Berapaan pak?” aku ingin memastikan berapa harga mentahnya.

“1.500 de, Cocok dijual 3000 ini. Tapi rasa ayam semuanya.” sang bapak meyakinkanku.

Aku menghitung uang yang ada di dompetku, nampaknya cukup untuk membeli 20 risoles.

“Boleh deh pak, mau 20 risoles.” ucapku sambil memikirkan berapa uang yang bisa berputar dari risoles ini. Setelah dihitung, keuntungan kotor bisa sampai 30 ribu. Namun belum dipotong biaya minyak, gas elpiji, sampai ongkos transportasi.

Nampak semuanya beres dan tinggal pulang, tiba-tiba sang ibu memberikankan box tambahan.

“De, ini barangkali butuh box lagi,” sambil menyodorkanku sebuah box yang berlogo Republik Cireng.

Aku memang membutuhkannya dan sangat terbantu oleh pemberian itu, “Oh, iya bu hatur nuhun .... ”

Setelah berjalan beberapa meter ke depan, aku menaiki angkot dengan warna yang sama, namun dengan arah kebalikan. Meskipun membawa 120 cireng dan 20 risoles dengan kedua tangan ini sangat berat, namun aku sangat bersyukur usahaku langsung mengalami progress. Aku berharap stok cireng dan risoles kali ini bisa terdistribusikan lebih luas.~

***

Saat masih di perjalanan, aku meluangkan waktu untuk membuka Instagram. Ternyata berbagai berita terbaru mengabarkan kalau jumlah masyarakat yang terkena Covid-19 semakin bertambah. Berbagai akun instagram sudah mulai mengunggah konten dengan orang-orang bermasker.

“Waduh, harus beli masker juga dong.” gumamku yang masih santai dalam menyikapinya.

Turun dari Damri di depan kampus, aku menghampiri pos satpam. Suasana nampak seperti biasanya, hanya ada 2 orang berjaga dan hamparan halaman kampus.

“Assalamualaikum, pak punten mau pinjem lab agribisnis sebentar.” ucapku dengan memasukan kepala dengan membuka kaca pos ruangan.

Pak satpam menjawab sekaligus memberikan kuncinya, “ Waalaikumsalam, yang ini kan? Mangga …. ”

“Hatur nuhun pak …. ”

Aku berjalan dengan sedikit keberatan mengangkat 2 plastik sebesar karung yang berisi 120 cireng dan 20 risoles ini. Namun pelan tapi pasti, akhirnya aku sampai juga di depan laboratorium agribisnis dan langsung membuka pintunya.

Lihat selengkapnya