Aksara 4 Cangkir

Adam Nazar Yasin
Chapter #15

Babak Hidup yang Rumit

Berhari-hari setelah mengunggah konten dengan cerita kopi di Rancakalong, aku semakin memikirkan alat musik yang begitu terlihat futuristik di karya terbarunya Alffy Rev. Sudah lama sekali aku tidak menyentuh penghasil suara yang terdiri dari tombol hitam dan putih itu.

“Dari dulu suka banget sama piano, tapi belum pernah beli satupun nih.” gumamku yang sedang berbaring di kasur.

Karena penasaran, aku membuka ponsel dan menuju google, lalu mencari ‘piano dengan tambahan Launchpad’. Hasil paling atas mengarah pada sebuah marketplace yang bertuliskan : “Piano digital 25 key + Drum pad Midi Controller.”

“Midi Controller?” aku mengkliknya dan terlihat ada piano dengan ukuran mini dengan tambahan beberapa fitur yang terlihat sederhana. Bentuknya seperti benda yang digunakan Alffy Rev pada opening lagu Senja & Pagi. Aku menyipitkan mata dan berfikir keras tentang nama itu.

“Coba kalau sekarang aku cari nama itu …. ” aku kembali ke google dan menulis nama Midi Controller. Dan akhirnya, aku menemukan barang itu.

“Nah ini dia!” aku mengklik di barisan tengah hasil pencarian dan mengarahkanku pada sebuah website Brand, yaitu Novation. Terlihat banyak sekali produk Midi Controller dengan variasi yang beragam.

“Ohh ini namanya Midi Controller …. ” ucapku yang terpukau melihat barang yang sangat keren itu.

Namun di website tersebut, tertulis bahwa harga produknya senilai ratusan dolar, sebuah pertanda bahwa alat musik ini merupakan produk luar negeri.

Aku melamun sejenak, berkhayal bisa menggunakan benda itu di atas panggung. Namun tidak seperti pemain band pada umumnya yang hanya menampilkan diri semata, aku memperlihatkan caraku memainkan alat ini kepada audiens. Seperti konsep Alffy Rev yang banyak bermain tunggal di berbagai karyanya. Ditambah sebuah dimensi visual yang akan sangat memukau siapapun yang menontonku.

“Wah keren yah kalau aku kek gini hahaha …. ” ucapku sambil tertawa sendirian.

Melihat alat ini, aku jadi teringat kembali masa SMP dan asrama pada tahun 2011-2014. Di masa itu, aku gemar sekali bernyanyi dan melakukan banyak cover lagu nasyid dengan teman-teman. Tepat pada kelas 9, pihak sekolah mengadakan sebuah tes yang menguji intelegensi setiap murid dan mengelompokannya sesuai bakat masing-masing. Beberapa kelas bakat seperti matematis, linguistik, visual-spasial, kinestetik, musik, interpersonal, intrapersonal, dan natural, menjadi kenangan terbaik saat aku dan teman-teman melakukan eksplorasi terhadap potensi diri yang tidak berhubungan dengan akademis.

Hasilnya, aku mencapai nilai tertinggi dalam aspek musik. Sejak saat itu, beberapa rumus dan metode menghitung matematik yang rumit bisa aku sederhanakan dengan menciptakan lagu dengan berisi lirik dari rumus dan metode yang sedang dipelajari. Bahkan, aku diberi tantangan untuk menciptakan lagu untuk perpisahan saat tampil di panggung kelulusan pada tahun 2014.

“Huft, masa-masa itu emang yah …. ” aku membuka mata yang terpejamkan oleh kenangan itu.

Melihat Midi Controller itu merupakan bagian dari alat audio-visual yang sedang aku rintis untuk dunia pertanian, aku jadi ingin memilikinya. Aku kembali membuka google dan mencari informasi tentang harga kurs rupiah. Dan ternyata, nilainya menyentuh angka 15.500.

Aku membuka kalkulator lalu mengkalikannya dengan harga terendah produk di website itu yang bernilai 130 Dollar Amerika. Hasilnya mencapai 2.015.000 rupiah.

“Buset ya Allah mahal banget!” aku mengusap jidat melihat angkanya. Nampak tidak mungkin aku memiliki uang dengan jumlah segitu dalam waktu singkat. Apalagi, progres pengembangan Agriviary masih jauh dari syarat monetisasi.

Dan setelah dipikirkan kembali, keinginanku ini sangat tidak logis. Mahasiswa pertanian seharusnya memiliki cangkul dan aneka benih, bukan Midi Controller dan kamera film yang merupakan bidangnya industri kreatif. Tapi kembali lagi pada pemikiran baru yang menuntunku merintis Channel YouTube, pertanian tidak bisa berdiri sendiri. Butuh seni dalam industri kreatif yang mampu meningkatkan nilai tambah dan derajat petani.

“Jadi, bagaimana aku bisa dapat duit banyak tanpa harus bekerja?” ucapku yang sangat ingin mempunyai Midi Controller itu. Mungkin jawaban sederhananya aku harus mulai mencari pekerjaan. Namun bagiku, pilihan itu memakan waktu yang sangat lama. Apalagi di tengah kondisi pandemi, banyak perusahaan yang pasti jarang membuka lowongan kerja untuk orang yang belum menamatkan pendidikannya sepertiku.

Namun tiba-tiba, sebuah cara jitu terbesit dalam pikiranku. Cara ini bisa menjadi alternatif seseorang untuk mempunyai uang dengan rasa yang bangga. Tapi usaha untuk menempuh cara ini sangat membutuhkan kesabaran jika gagal, pantang menyerah dan mau mencoba, juga keimanan yang kuat untuk percaya pada sebuah ketetapan Allah.

“Oh iya, cobain ah!” ucapku yang teringat sebuah postingan di salah satu akun Instagram, yaitu ‘dari balik lensa’. Terlihat periodesasi kesempatannya masih lama, seketika aku berdiri dari kasur dan bertekad,….

“Nah, aku harus bisa menang lomba ini!”~

***

Di tengah upaya untuk terus membangun Channel YouTube Agriviary, kehidupan di kampus terasa semakin rumit. Berbagai mata kuliah memberikan tugas yang bisa memakan waktu lama untuk menyelesaikannya. Apalagi dengan kondisi himpunan, struktur kepengurusan harus segera melakukan regenerasi. Aku sebagai sosok yang dianggap paling aktif telah direkomendasikan untuk menjadi ketua selanjutnya agar roda organisasi terus berjalan untuk satu periode ke depan. Pada akhir Januari 2021, aku dan 8 orang lainnya di angkatan 2018 resmi dilantik secara online melalui zoom. Mau tidak mau, aku terpilih secara aklamasi karena tidak ada calon lain. Dan sialnya, aku harus mewarisi tanggung jawab untuk melaksanakan program sebagai tuan rumah agenda pengkaderan mahasiswa sosial ekonomi pertanian dari seluruh Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten pada bulan September nanti.

“Guys, bantuan ya? Pasti kalian agak terpaksa, urang juga sama.” pintaku pada semua teman, termasuk tim Agriviary.

Endang menjawab, “Ayo siap, pelan-pelan aja. Program kerja gak usah banyak, yang penting punya manfaat.”

“Tapi dam, nanti bantuin ngedit konten yah. Tau sendiri ponsel urang udah kayak gimana nih. ” pinta Iqbal padaku yang menjabat sebagai ketua bidang media dan komunikasi. Meski dirinya sangat berbakat di bidang itu, namun kondisi ponselnya tidak cukup kuat untuk bisa melakukan eksekusi terhadap ide konten untuk himpunan.

Dengan amanah yang sedang dijalankan, aku merubah orientasi dalam proses pengembangan Agriviary. Petualangan yang niatnya untuk menjelajah belahan bumi lainnya, kini hanya sebatas konten sederhana yang tidak jauh dari kosan dan kampus. Setidaknya dengan seperti itu kelima temanku bisa tetap menghidupkan Channel di tengah tanggung jawab organisasi.

“Guys, ada ide buat konten selanjutnya?” tanyaku saat kami berkumpul.

Endang memberikan masukan, “Pak Fauzi belum pernah kan dam? Coba aja kolaborasi sama beliau yuk. Kita bahas hidroponik wick system di kosan.”

Lihat selengkapnya