Aksara 4 Cangkir

Adam Nazar Yasin
Chapter #20

Akhir Dari Perantauan

Pengumpulan data dan kesimpulan penelitian telah selesai, aku semakin mendekati akhir dari proses hidup di tanah rantau. Tepat pada 23 Desember 2022, aku bersama Raka melaksanakan seminar hasil penelitian sebagai syarat untuk melakukan sidang akhir. Dengan mengimbangi kerja di angkringan dan bimbingan oleh bu Indra serta bu Yayu, aku tidak berhasil mencapai target untuk bisa selesai dalam 8 semester. Aku perlu memperpanjang semester agar beberapa kesalahan di skripsinya bisa lebih baik.

“Alhamdulillah, selamat ya Adam. Semoga bisa segera mendaftarkan diri untuk sidang akhir.” ucap bu Indra saat berakhirnya seminar hasil.

Bu Yayu menambahkan, “Selamat kang, ayo dikit lagi sidang akhir.”

“Alhamdulillah, terima kasih bu. Insyaallah Adam perbaiki dulu semuanya.” ucapku sambil menyalami mereka berdua.

Setelah semua penonton dan kedua dosen pembimbingku keluar, aku mengajak Endang dan Faisal kembali melingkar menikmati kopi di taman dekat kosan. Namun, kali ini kegiatan rutin kami sejak semester awal harus tanpa kehadiran Iqbal. Dirinya telah bekerja di kedai dimsum daerah Antapani. Setelah sampai taman, kami bertiga memesan kopi di warung depan.

“Iqbal sibuk pisan kayaknya yah sekarang,” ucapku membuka obrolan.

Faisal merespon, “Cuma di kasih libur seminggu sekali katanya dam,”

“Nanti kali-kali main sana yuk!” ajak Endang yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Aku antusias mendengarnya, “Gaskeun!”

Ternyata, semester akhir kuliah ini sungguh fase hidup untuk merasakan lika-likunya kehidupan. Selain mencurahkan tenaga dan pikiran di angkringan, mencari waktu bimbingan yang pas pada kedua dosen pembimbing itu juga sangat menguji kesabaran. Terkadang bu Indra tidak bisa karena agenda lain sampai harus ke luar kota, atau bu Yayu yang harus mengurus keluarganya. Namun, aku harus ikhlas menjalaninya demi lancarnya restu sampai sidang akhir.

Namun tiba-tiba, sebuah rezeki yang unik sebagai penyeimbang ujian hidup datang tanpa disangka….

Beberapa hari setelah seminar hasil penelitian, aku di hubungi A koko secara mendadak. Aku kira, beliau hanya sekedar menanyakan kabar apakah aku sudah ada pekerjaan atau belum. Namun ternyata, A Koko dan teh Rini menyuruhku menempati rumah mereka yang 3 bulan sudah di tinggalnya! Sebuah keajaiban disaat aku ingin sekali menghemat uang yang selama ini lumayan habis untuk kos.

Menuju jam 12 malam, beliau menghubungiku yang untungnya sudah pulang lebih cepat dari angkringan.

Tuut…,ttutt…,ttuuut…, (WhatsApp berdering .... )

A Koko : Assalamualaikum dam,

Aku : Waalaikumsalam A….

A Koko : Gimana kabar? Udah selesai kuliahnya?

Aku : Alhamdulillah baik A, ini tinggal sidang akhir A hehe….

A Koko : Oh gitu, kegiatan sekarang ngerjain skripsi aja?

Aku : Alhamdulillah udah beberapa bulan kerja di angkringan daerah Cibiru, gimana A?

A Koko : Oh syukur atuh. Masih ngekos juga di tempat dulu?

Aku : Iya A, masih disitu….

A Koko : Nah jadi gini dam, Aa sama teteh udah beberapa bulan di Jakarta karena pekerjaan. Adam mau gak nempatin rumah yang dulu kita bikin es goyobod? Sayang banget enggak ada yang ngurusin rumah ….

Jleb! Aku membeku beberapa saat. Meskipun sangat antusias mendengar tawaran itu, namun aku agak sulit mengutarakannya.

A Koko : Gimana dam?

Aku : Oh oke A boleh deh, tapi akhir Januari paling. Adam mau menghabiskan periodesasi kos dulu.

A Koko : Alhamdulillah, iya gapapa. Nanti kabari lagi kalau udah siap pindahan, biar Aa ngatur waktu buat ke Bandung ngasih kuncinya. Oke makasih ya dam, Assalamualaikum.

Aku : Siap A, waalaikumsalam ....

Aku menutup teleponnya dan bersujud ke arah kiblat sebagai bentuk rasa syukur atas pintu rezeki itu.

“Alhamdulillah ya Allah, terima kasih banyak …. ” ucapku dalam sujud.

Untuk kesekian kalinya, hikmah selalu datang di kemudian hari. Aku yang dulu menganggap remeh takdir-Nya yang memberi aku jalan berjualan produk kecil, kini menjadi muara takdir yang membuatku berhemat uang. Sungguh, kesempatan yang aku anggap tidak ada apa-apanya telah menjadi sumber rezeki yang tidak ternilai harganya.~

***

Meskipun pengeluaran berkurang karena sudah di tinggal di rumah A Koko, aku masih harus melakukan pengeluaran untuk revisi cetakan skripsi yang masih belum sempurna. Sampai akhir Maret tiba, aku tidak menemukan waktu yang sinkron dengan kedua dosen pembimbingku. Meski begitu, aku harus tetap santai karena gelombang wisuda tersedia di bulan Agustus.

Sedikit dilanda rasa frustrasi, namun menyerah juga bukan pilihan yang baik. Sampai akhirnya, tanggal 5 April merupakan waktu yang berhasil kami sepakati untuk aku melaksanakan sidang skripsi.

Tepat jam 10 pagi, aku yang mengenakan celana dan jas hitam serta dalaman kemeja putih, memaparkan seluruh isi skripsi di hadapan kedua dosen penguji. Tidak berbeda jauh dari seminar hasil, namun kali ini rasanya benar-benar lebih gugup.

Kurang lebih selama 15 menit, aku berhasil mempresentasikan bab awal sampai akhir.

“Sekian presentasi dari saya, wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh …. ” ucapku menutup pemaparan.

Lihat selengkapnya