Aksara Putri Cermin

Azalea
Chapter #2

Agustus

Agustus, 2023

“Istirahat aja di rumah, kamu itu sakit, jangan dipaksain. Ibu bilang ke dosen kamu aja, ya?” ucap ibu, yang sejak tadi mondar-mandir tidak jelas. Katanya tidak tenang jika membiarkanku tetap pergi padahal sedang sakit.

Apa boleh buat, aku harus tetap pergi untuk mengisi acara Festival Budaya. Aku adalah bagian dari tim performance. Dimana kami menyajikan tarian tradisional Kamboja untuk tampil nanti. Tidak mungkin aku absen. Lagi pula acara ini sebagian besar untuk memperoleh nilai suatu mata kuliah. Tentu saja aku harus pergi untuk menunaikan kewajibanku. Lagi pula tubuhku mulai membaik, meski indra perasa ku masih tidak bisa membedakan rasa, semuanya masih terasa pahit untuk dimakan.

“Gapapa, Bu. Zea kuat kok, doain aja biar lancar,” ucapku sambil meraih tangan ibu untuk ku cium. Kemudian ku raih sepatu dan memakainya.

“Ga tenang ibu, Nak.”

“Percaya sama Zea, Bu. Ibu kan tahu Zea kuat.”

Beranjak berdiri, kubersihkan bagian belakang baju untuk membersihkan debu yang mungkin menempel setelah duduk di lantai. Tidak lama setelah itu, ojek yang telah ku pesan tiba juga. Ku lambaikan tangan pada ibu sembari melangkah keluar dari gerbang. Bisa ku lihat wajah khawatir yang ia tampakkan. Termasuk mulutnya yang samar terlihat sedang komat-kamit melantunkan doa untukku. Itu adalah kebiasaan ibu ketika ayah atau anak-anaknya pergi dari rumah. Ia tidak akan masuk sebelum kami menghilang dari penglihatannya.

“Assalamualaikum, “ ucapku tanpa suara, sebelum akhirnya motor yang kunaiki melaju juga. Bisa kulihat mulutnya bergerak menjawab salamku. Ia paksakan untuk tersenyum walaupun mungkin tidak ingin.

Kau tahu? Ini adalah kali pertama ku mulai menari lagi setelah memutuskan untuk berhenti melakukannya, meski aku ingin. Ketika diminta untuk memilih akan menjadi bagian tim mana dalam acara festival budaya ini, aku memberanikan diri untuk mendaftar menjadi bagian dari tim performance. Aku senang akhirnya bisa menari lagi. Terlebih tarian yang kami bawakan ini merupakan tarian tradisional negara Kamboja.

Liburan semester ini hampir seluruh waktunya kuhabiskan untuk latihan. Meski lelah dan menyita waktu libur, aku tidak merasa rugi. Lagi pula sebagai gantinya aku tahu dan belajar tarian tradisional negara lain, setelah selama ini aku hanya belajar tari Jaipong.

Aku ingat, terakhir kali aku hendak mengikuti lomba tari Jaipong di SMA. Berbagai alasan membuatku mengundurkan diri dengan berat hati. Ucapan seseorang lagi-lagi membuatku tersadar, jika aku bukan Zea yang dulu. Seakan, waktu tidak membiarkanku untuk bergerak bebas lagi. Terkadang aku memang merasa bebas, melakukan apapun yang ku suka, tanpa mendengarkan ucapan orang lain. Namun di lain waktu, kadang aku terkurung kesedihan setelah sesuatu membuatku mengingat bagaimana kondisiku saat ini.

……..

Agustus, 2018

Masuk pelajaran keempat, saatnya mengikuti pelajaran Seni Budaya yang lebih sering menjadi jam kosong daripada mendapat pelajaran. Entahlah, aku tidak tahu sesibuk apa guru Senbud ku hingga tidak bisa masuk ke kelas. Lagi pula kami bersyukur, karena jam kosong ini membuat kami beristirahat dari gempuran soal-soal Fisika selama 2 jam penuh. Bahkan sebagian orang memilih pulang karena jam pelajaran terakhir. Sebagian lagi memilih untuk tetap di kelas hingga bel pulang berbunyi.

Namun kali ini jam kosongku tidak benar-benar kosong. Itu karena 2 menit yang lalu salah satu anggota tari Kangsreng memanggilku dan Alya untuk berlatih. Saat ini, kami tengah menaiki anak tangga untuk sampai di sanggar. Namun, secara tidak sengaja mataku bertabrakan dengan mata teduh milik seorang laki-laki yang sangat ku kenal. Ia tengah duduk di depan perpustakaan sambil mengikat sepatunya. Sementara aku hendak berjalan melewatinya

Lihat selengkapnya