Setelah menjadi ibu, sudah tidak ada lagi rasa ingin berlomba dengan orang lain. Perasaan yang pernah aku alami di usia-usia muda dulu, perlahan ku kubur. Saat ini yang aku fokuskan hanya ketenangan dan ketentraman hidup. Bukan, bukan karena aku tidak memiliki harapan, tetapi lebih menerima dan menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Menjadi ibu yang tenang, istri yang menentramkan, menjadi rumah untuk pulang bagi suami dan anak-anak. Menyadari peran tanpa ada perasaan membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain.
Dulu, waktu masih kecil, aku selalu berfikir dan bertanya-tanya di dalam hati. Kenapa surga ada dibawah telapak kaki ibu?
Setelah menjadi ibu akhirnya aku semua pertanyaan terjawab semua. Bahwa ibu selalu melakukan hal terbaik bahkan teramat baik sejak dari dalam kandungan sampai melahirkan, membesarkan bahkan mendidik. Selalu rela berkorban meski rela sakit, bersusah payah, dan menahan getirnya kehidupan. Bahkan rela menomor kesekian kebahagiaannya demi melihat anaknya bahagia.
***
25 Maret 2019
Awal-awal kelahiran Aksara, aku sangat antusias. Setiap perkembangannya selalu aku abadikan dalam media sosial milikku. Banyak like dan komentar memenuhi postingan tentang Aksara di media sosial. Sebagian besar dari mereka berkomentar bahwa Aksara itu gemesin atau lucu banget. Terbesit dalam benakku menjadikan Aksara seorang selebgram cilik seperti anak artis lainnya, mengingat wajah Aksara yang terbilang lucu dan menggemaskan.
Wajar saja kalau aku bangga seperti itu, sebagai bentuk rasa bahagiaku memiliki anak Laki-laki seperti yang diinginkan Ibu Mas Hanung. Teman-temanku yang lain juga begitu, mengupload perkembangan dan kebersamaannya dengan anak-anak mereka. Akan tetapi, aku pernah membaca salah satu postingan salah satu ustadz di media sosial. Membuatku merasa harus berpikir ulang untuk mengupload sesuatu di media sosial. Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada. Seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya.” Menurut HR. Muslim.
Setelah membaca postingan tersebut, aku mulai berpikir lagi. Apakah hal itu juga yang menyebabkan kondisi Aksara seperti ini? Lantas aku kembali dan mencari tahu lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan ‘ain. Ternyata, ‘ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan dari pandangan mata. Pandangan yang disertai rasa hasad (iri dan dengki).
Kalau pun sekiranya memang benar kondisi Aksara seperti ini disebabkan oleh ‘ain, maka aku akan berhenti menguploadnya ke media sosial. Atau aku akan mulai menghapus foto Aksara.
“Mama Aksara kenapa melamun?” Tepukan di bahuku membuyarkan lamunan.
“Eh, Mama Elsa. Ah, nggak ngelamunin siapa-siapa. Baru datang?” tanyaku sedikit terkejut.
“Iya, nih. Gimana Aksara? Sudah bikin proyek apa dia?” tanya wanita cantik yang biasa aku panggil Mama Elsa.