Sejak memiliki dua anak-anak yang berusia masih balita, aku harus ekstra menjaga mereka. Tentu saja stok kesabaran harus berkali-kali lipat setiap harinya. Apalagi Samudera kini sudah bertambah besar, sudah bisa merangkak dan mencoba banyak hal baru. Tapi aku juga tidak lupa dengan perkembangan Aksara.
Sering kali aku mengikuti media sosial yang membahas seputar autisme. Apa yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh Aksara. Dan itu cukup berpengaruh ke diri Aksara. Contohnya untuk mengurangi cokelat, setelah sebulan Aksara stop mengkonsumsi apapun yang berbau cokelat Aksara jauh sedikit lebih tenang. Tidak terlalu aktif seperti biasanya. Namun, tentu saja tidak berakhir di situ, aku juga sering sharing dengan orangtua yang memiliki kasus sama seperti Aksara. Bergabung dengan grup di whatsapp dan media sosial lainnya. Ternyata, cukup membuatku semangat dari keterpurukan dan tidak merasa sendiri didunia ini.
***
Oktober 2020
Hari ini aku, Mas Hanung, Aksara, dan Samudera sedang berjalan-jalan menikmati car free day di Bundaran HI. Menikmati segarnya udara pagi yang sangat sejuk.
Aksara dan Samudera sangat senang kami ajak berjalan-jalan. Aksara menunjuk-nunjuk gedung-gedung tinggi pencakar langit. Pemandangan yang jarang ditemui. Setelah dari Bundaran HI kami beralih ke Monas, tempat yang menjadi ciri khas Jakarta. Di sana Aksara berlari ke sana-ke sini. Mas Hanung dengan sigap mengawasi aksara bermain sedangkan aku menggendong Samudera.
Suasana di Monas sangat ramai, maklum hari weekend. Banyak orang memanfaatkannya dengan berolahraga dan berjalan-jalan seperti kami. Setelah cukup puas dengan berjalan-jalan dan bermain dengan anak-anak, kami memutuskan untuk beristirahat di pohon rindang di sekitaran Monas ini.
“Alhamdulillah kita bisa jalan-jalan seperti ini ya, Dek,” ucap Mas Hanung seraya meletakkan Samudera di rerumputan, terlihat Samudera sedikit geli saat duduk di atas rumput-rumput.
“Iya, Mas. Sudah lama sekali kita tidak jalan-jalan. Kasihan juga anak-anak selalu bermain di rumah. Mereka juga pasti bosan dan ingin bermain, sekalian kita mengajarkan pada mereka bahwa bumi ini indah.”
“Duh, kata-katamu manis sekali. Belajar dari mana?” tanya Mas Hanung yang terkesima dengan perkataanku. Aku tersipu malu. Tentu saja aku belajar dari membaca buku.
“Ada, deh. Oh, ya. Sebetulnya aku lagi pengen bahas masalah Aksara, apa mendingan dia dimasukkan PAUD? Biar dia bisa bergaul dan belajar bersosialisasi dengan teman-temannya.”
Mas Hanung menarik napas dan membuangnya perlahan. Pandangannya berpindah ke Aksara yang sibuk bermain dengan dinosaurus yang sengaja aku bawa. Usia Aksara sudah tiga tahun lebih, tahun depan dia genap empat tahun. Aku khawatir dia akan jauh tertinggal kalau tidak diperhatikan dari sekarang.
“Ya, aku juga sependapat. Biar Aksara bisa tahu bagaimana cara berteman dengan teman-temannya. Tapi, dimana kita menyekolahkan dia, Dek? Di Sekolah umum atau di SLB?” tanya Mas Hanung setelah beberapa saat terdiam.
“Iya juga, ya. Aku baru terpikir sekarang, Aksara sekolah umum atau SLB, ya?”