“Aksa makan dulu, ya?”
“No. Pait! Tidak enak!”
“Makan dulu, biar Aksa cepat pulang, biar bisa main sama dede Sam…,” rayuku. Aksara tidak mau makan sejak dirawat di rumah sakit ini. Hanya dua atau tiga suap saja yang masuk ke dalam mulut.
Beginilah kalau sudah sakit, perjuangan sebagai ibu yaitu bagaimana mengembalikan nafsu makannya. Tubuhnya semakin kurus karena asupan yang masuk hanya sedikit, sedangkan dokter meminta untuk sering makan makanan bergizi.
“Paksain dong biar mau makan. Kasih apa, kek biar mau. Masa kamu nggak bisa, sih.” Begitu kata Ibu Mertua saat menelponku untuk menanyakan kondisi Aksara.
Ku hirup napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, “Sambil nonton HP, ya makannya?”
“Ya. Hape… hape.”
Mau tidak mau aku memberinya Hp dulu agar dia mau makan. Dengan mudahnya Aksara membuka handphone milikku. Di zaman serba canggih seperti sekarang ini, susah-susah gampang memang membatasi anak dengan gadget. Tergantung kita sebagai orang tua menyikapi dan memberi batasan kepada anak.
“Wah, kalau makan pakai HP lahap, ya?” Suara lembut dari seorang ibu-ibu mengejutkanku. Dia adalah ibu dari anak yang dirawat tepat di samping kami.
“Eh, iya, Bu. Kalau tidak begini susah makan dan nggak bisa diam. Bagaimana dedeknya sudah mendingan?” tanyaku. Putranya juga sedang di rawat karena asmanya kambuh gara-gara batuk. Akhir-akhir ini cuacanya juga tidak menentu membuat imun tubuh anak naik turun.
Ibu itu tersenyum padaku, “Alhamdulillah sudah mendingan, Bu.”
“Alhamdulillah, semoga lekas sembuh biar bisa pulang. Jujur, saya nggak tenang lama-lama di sini. Kasihan adiknya di rumah nggak ketemu saya,” ucapku.
“Benar, Bu. Kalau masih ada si kecil di rumah memang kitanya tidak tenang. Kita bawa ke sini juga malah banyak penyakit.”
Saat kami asyik mengobrol, dering ponselku berbunyi. Terpaksa aku mengambilnya dari Aksara. “Maaf, ya. Bunda pinjam dulu hapenya.”
“Halo, Bu.”
“Apa Hanung sudah sampai di sana?” tanya Ibu Mertua. Dari nada bicaranya beliau terlihat cemas. Refleks aku menggeleng bingung.
“Belum, Bu. Ada apa, Bu?” tanyaku penasaran.
“Duh, ini si Sam badannya anget.”
Deg!
Mendengar Ibu Mertua bilang Samudera badannya hangat, jantungku rasanya mau copot sampai ke kaki. Tiba-tiba berdebar tidak menentu. Pasalnya, ketika Samudera demam itu naiknya sangat cepat.