Aksara Samudera

yhantlies92
Chapter #21

#21 Kedatangan Tamu "Bidadari"

Waktu berlalu begitu cepat, secepat aliran darah yang mengalir di dalam tubuh. Aksara dan Samudera tumbuh menjadi anak-anak hebat dan pintar. Berbagai tingkahnya mampu menghibur hatiku yang terkadang diliputi perasaan gundah oleh sikap Ibu Mertua dan Kakak Ipar.

Entahlah. Semenjak Samudera didiagnosis speech delay perlakuan mereka terhadapku dan anak-anak berbeda. Ya, Samudera memiliki gangguan keterlambatan bicara akibat sering mengalami kejang demam. Mereka seakan menyalahkanku karena faktor anak-anak seperti itu dari keturunan leluhurku. Padahal anak-anak juga tidak ingin dilahirkan seperti ini. Bukankah beliau selalu mengikut pengajian bersama ibu-ibu yang lain? Mengapa beliau tidak mengerti juga bahwa mereka adalah anak-anak surga yang dititipkan untuk dijaga dan disayangi.

“Wid! Sini cepetan!” Aku mendengar Mbak Hesti berteriak memanggilku. Aku yang sedang menjemur pakaian di halaman belakang terpaksa berhenti lalu menghampirinya.

“Ada apa, Mbak?”

“Jemur bajunya nanti dulu. Sekarang kamu ke pasar beli bahan-bahan ini.” Mbak Hesti terlihat bersemangat lalu memberikan secarik kertas kepadaku, “Nanti siang ada dua teman sekolahku mau datang bertamu. Tapi, kamu yang masak, ya? Masakanmu enak-enak, mereka pasti suka.”

Oh, jadi aku disuruh ke pasar untuk membeli bahan-bahan ini dan memasaknya?

“Tapi, ini banyak sekali. Apa tamunya banyak?” tanyaku terheran begitu membaca jumlah bahan-bahan yang akan dimasak.

“Nggak banyak, kok. Yah, cuma dua orang saja. Tapi, mereka bukan orang sembarangan, Wid. Mereka itu anggota dewan dan model terkenal. Jadi, kamu memasak makanan yang enak-enak, ya. Aku mau ke salon dulu,” jawab Mbak Hesti sambil memperhatikan kuku-kukunya itu, hendak beranjak meninggalkan rumah.

“Lalu, uang untuk membelinya?”

Langkahnya terhenti. Mbak Hesti berdecak kesal, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah. “Nih! Bawel banget. Ingat! Masak yang enak!”

“Terus, siapa yang menjaga anak-anak? Ibu sedang pengajian dan Mas Hanung sedang ngojek.” Lagi-lagi langkahnya terhenti karena pertanyaanku. Mbak Hesti memutar badan dan memandangku kesal.

“Ya kamu bawalah! Dia kan anak kamu. Lagan aku di salon juga bakalan lama. Oh, ya aku hampir lupa. Zahra dan minta di masakin tumis udang kangkung. Jangan lupa kamu masak itu juga!”

Dalam hati aku hanya bisa mendesah pasrah. Membeli bahan-bahan banyak seperti ini dengan membawa anak-anak ke pasar bukan perkara yang mudah. Aku harus lebih fokus dengan belanjaan juga fokus dengan mereka. 

Aku tidak suka diperlakukan seperti ini sebenarnya. Mengerjakan pekerjaan rumah di tambah pula dengan merawat Aksara Samudera. Saat ada waktu senggang ku manfaatkan dengan berjualan Dimsum. Namun, aku tidak bisa begitu saja mengandalkan daganganku. Karena terkadang terhalang dengan jadwal Aksara dan Samudera terapi. Sedangkan Mas Hanung fokus bekerja menjadi driver taxi online. Dan Selama ini hanya Mas Hanung yang menghidupi biaya keluarga kami, sementara Mbak Hesti… entahlah aku tidak tahu pekerjaan sebenarnya. Dia selalu saja keluar di siang har dan akan pulang selepas Isya. Ketika aku tanya, selalu saja melempar pandangan sinis dan berlalu begitu saja. 

Langit hari ini tidak terlalu terik, cukup membantuku yang sedang menaiki motor menuju pasar yang letaknya tidak jauh dari komplek perumahan. Samudera berdiri di bagian depan sedangkan Aksara duduk di belakang. Aku sudah terbiasa mengendarai motor bersama anak-anak ketika berjalan sore-sore mengelilingi komplek. Tak lama berselang kami tiba di pasar.

“Ingat! Jangan kemana-mana! Pegangan tangan Bunda! Samudera juga!” kataku memberi wejangan sedikit kepada mereka.

Pasar pagi ini selalu ramai seperti biasa. Aku melangkah pelan memasuki setiap lorong pasar. Pandanganku memperhatikan setiap lapak sayur untuk mencari bahan yang bagus dan masih segar. Sementara itu, dua permata hatiku berjalan beriringan di samping. Bagi Aksara, kunjungannya ke pasar adalah hal biasa. Tangan usilnya selalu memegang dan menyentuh berbagai macam jenis sayur yang dijajakan di setiap lapak, tentu saja dengan berbagai macam pertanyaan yang membuatku kebingungan untuk menjawabnya. Sedangkan Samudera,celingak celinguk memperhatikan keadaan sekitar yang cukup ramai.

Lihat selengkapnya