Hari terus berganti hari, dan waktu terus berputar. Kesibukanku sehari-hari selain mengantar dan menunggu anak-anak sekolah adalah membuat dimsum jika ada pesanan. Alhamdulillah hari ini aku mendapat pesanan sepuluh kotak dimsum untuk acara arisan salah satu teman tetangga. Kebetulan letaknya juga tidak jauh dari sekolah Aksara.
Pagi-pagi sekali sebelum ayam berkokok aku sudah bangun untuk membuat dimsum, dibantu Zahra. Anak gadis itu juga terbangun dari tidurnya, katanya hari ini dia libur sekolah karena gurunya rapat. Mas Hanung masih terlelap tidur, Alhamdulillah batuknya sudah mendingan tidak separah waktu itu. Aku juga tidak enak bila membangunkannya.
“Beneran kamu mau bantu tante? Nanti dimarahi Mama, lho.”
“Nggak apa-apa, Tante. Lagian aku juga nggak nggak ngantuk. Bosen juga liburan nggak ngapa-ngapain dirumah,” balasnya.
Aku tersenyum tipis menanggapinya. Aku perhatikan keponakanku ini sudah mulai beranjak gadis. Sejak Papanya meninggal akibat covid, dia berubah menjadi pendiam tidak seperti biasanya. Setiap pulang sekolah selalu mengurung diri di kamar.
“Kamu ada masalah? Kok Tante perhatikan dari kemarin kamu kayak murung gitu.”
Zahra tersenyum menggeleng.
“Tante, semuanya sudah. Aku kukus, ya?” tanya Zahra. Aku tahu dia seperti itu untuk menghindar dari pertanyaanku.
“Nggak apa-apa, Tante.” Baiklah, aku tidak memaksanya untuk menjawab.
Selang beberapa menit kemudian, Mbak Hesti ke dapur dan terkejut melihat Zahra sedang membantuku mengangkat kukusan berisi dimsum yang sudah matang. Wajahnya terlihat seperti tidak suka.
“Kamu ngapain, Zahra?” Zahra terkejut.
“Aku lagi angkat dimsum, Ma.”
“Ngapain?”
“Bantuin, Tante.”
“Sudah! Masuk kamar sekarang! Persiapan sekolah!” bentak Mbak Hesti, Zahra terkejut.
“Zahra hari ini libur, Ma. Guru-guru pada rapat.”
“Rapat terus guru kamu,” omelnya lalu berlalu pergi ke kamar mandi. Aku bisa melihat, Zahra memandang punggung ibunya dengan pandangan yang tidak suka. Lalu kembali melanjutkan membungkus dimsum yang sudah matang ke dalam wadah yang sudah disediakan. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada anak itu.
***
“Nda…” Samudera rupanya sudah bangun dan berjalan menghampiri dan langsung memelukku.