Aksarastra

Listian Nova
Chapter #11

Bab 10: Menjelang Upacara

Di sebuah pelataran, Kili duduk bersimpuh sambil terkantuk-kantuk. Ia tidak bisa tidur nyenyak malam-malam belakangan ini. Mimpi buruk itu terus mengganggu, memgguncang pikirannya yang masih seputih kapas. 

“Putri,” bisik Sakem, menyenggol pundak Kili. ”Tuan Putri!” 

“Hah? Iya!” Kili tersentak. 

“Nah, ayo dicoba, Tuan Putri,” kata seorang dayang yang lain. Usianya jauh lebih tua dari Sakem dan posisinya setingkat lebih tinggi.

“Hah? Apanya?” balas Kili kebingungan. Ia tidak memperhatikan sama sekali.

“Ya, yang tadi saya tunjukkan.” 

“Apa yang kau tunjukkan?” 

Dayang tua itu menggaruk-garuk kepala. “Ya sudah. Saya ulangi lagi, ya.” 

Kili mengangguk, bertekad untuk lebih memperhatikan lagi. Ia sedang diajarkan tata cara Upacara Kedewasaan yang berjarak 5 hari lagi. Namun, tata cara upacara yang begitu panjang dan penjelasan dayang yang bertele-tele tidak membantu Kili melawan rasa kantuk sama sekali. Dengan cepat rasa bosan menyergap Kili.

“Jadi, Tuan Putri, setelah persiapan tadi, yang berikutnya adalah mandi …” Suara sang dayang yang memeragakan tata cara mandi semakin sayup di telinga Kili, lalu menghilang sama sekali.

Kili kembali mengantuk. Pandangannya meredup. Saat dayang itu mengguyur tubuh sebagai peragaan, Kili benar-benar tertidur. Dayang itu basah dengan sia-sia … 

***

Kili terbangun di tempat lain. Ia berada dalam sebuah ruangan besar, nyaman dan harum. Tidak ada dayang yang membosankan. Tidak ada Sakem, dayang pribadinya. 

“Kau sudah bangun, Anakku?” 

Kili terbangun di atas pangkuan Ratu Galuh, Ratu Kerajaan Daha. Kili langsung menempelkan wajahnya pada dada sang ratu. “Ibu …” 

“Wajahmu lelah sekali,” kata Ratu Galuh. Jemarinya menyisir rambut Kili dengan lembut.

“Kili tidak bisa tidur, Ibu.” 

“Tadi Sakem cerita. Katanya kamu mimipi buruk lagi semalam.” 

Kili mengangguk. Anak itu membenamkan wajah dalam pelukan ibunya.

“Ya sudah. Sekarang istirahat dulu.” 

“Ibu.” 

“Ya, Anakku.” 

“Kili harus ikut upacara?” 

“Iya, Nak.” Ratu Galuh memainkan rambut Kili, memberikan tarikan ringan seperti sedang dipijat. “Ibu juga dulu begitu. Kakak-kakakmu juga begitu.” 

“Supaya apa, Ibu?” 

“Supaya orang-orang tahu kalau kamu sudah dewasa.” 

Lihat selengkapnya