Kala itu hatiku dingin dan beku, tak ada seorangpun yang sanggup mengambilnya, apalagi memberikan kehangatan. Teman sebayaku, senior, junior, atau bahkan guru muda sekalipun rasanya sama saja, hanya menambah aura dingin di hatiku. Seolah tidak ada bagian menarik dari cerita remajaku jika itu membicarakan cinta. Di saat teman-temanku menyulam cerita sebagai pemeran budak cinta, aku justru memilih peranku sendiri yang merdeka. Menikmati hidup bebas, melawan segala peraturan dan mengumpulkan pengalaman kenalakan remaja. Kisah menarik hidupku selama ini mungkin hanya bercerita persahabatan putih abu-abu.
Bagiku, masa sekolah khususnya SMA, adalah masa paling menyenangkan dengan tingkah kekanakan yang wajar mengelilingi hidup. Masa yang sedemikian rupa harus menyisakan memori tak terlupa. Bukan tentang cerita cinta seperti kebanyakan orang, atau bahkan kisah klasik dengan menjadi populer, murid paling cantik, murid paling pintar, atau juga menjadi seorang queen bee alias penguasa di sekolah.
Rasa paling lezat dalam cerita remajaku adalah mencakup segala tingkah bodohku bersama sahabat. Aku adalah pribadi yang introvert, penakut, dan cuek. Aku selalu fokus pada duniaku sendiri, sampai para sahabat muncul dan mengajakku memandang dunia secara lebih luas.
Tujuh sahabat luar biasa yang kumiliki, kupikir akan selalu menempati posisi pemeran utama sejak awal pertemuan di bangku SMP sampai akhirnya berkeluarga. Tapi ternyata hanyalah angan tak masuk logika. Persahabatan ini hanya mampu bertahan sampai kami lulus SMA, selanjutnya, tujuan hidup masing-myasinglah yang menjadi sahabat sejati.
Kuakui 6 tahun perjalan waktu dari pertama bertemu sampai saling menjauh terasa begitu cepat, seolah aku tidak pernah merasakan semua ini, atau singkatnya, seperti hanya mimpi di siang bolong. Tapi inilah realita yang kuhadapi. Kisah seru itu lambat laun mati menyisakan memori. Teman-teman konyolku tak lagi nampak. Persahabatan yang terjalin selama 6 tahun akhirnya hancur, tak seindah cerita di televisi. 7 peran yang selalu setia melukis tawa di setiap hariku menghilang begitu saja, menyisakan seorang saja untuk menemani perjalananku selanjutnya. Sahabat yang akhirnya masuk di kampus dan jurusan yang sama denganku.