Aktivis Kampus

Zihfa Anzani Saras Isnenda
Chapter #2

Bab 2 - Perkenalan

"Selamat datang adik-adik baru." Sosok itu paling mendominasi di pandanganku. Bersinar diantara ribuan orang yang berdiri di sini.

Tubuhnya yang tinggi tegap, berisi tapi tak melebihi batas ukuran normal. Rambutnya hitam, ikal bergelombang dan sedikit gondrong. Kulitnya putih bersih. Matanya dibingkai kacamata, dan giginya terkurung rapi oleh kawat gigi.

"Sini sini, kita mulai dari kamu, namanya siapa?" Ia berbicara menggunakan alat pembesar suara (toa). Tangannya yang dililit jam dan gelang menyodorkan bagian toa ke dekat mulutku supaya suaraku unggul dan terdengar di antara banyak suara di sekitar kami. Aku mengambil benda itu, padahal, aku lebih tertarik mengambil tangannya..

"Ayo ngomong." Ia tersenyum, membuat waktu terhenti seketika.

"Gaada suaranya." Aku mencoba berbicara tapi suaraku tak menjadi nyaring seperti yang ia lakukan sebelumnya.

"Teken tombol ini." Ia mendekat menunjukkan apa yang harus kulakukan. Aroma tubuhnya bisa kurasakan dalam jarak sedekat ini. Apel, sama seperti kesukaanku.

Ia dan semua kawan-kawannya bernyanyi memberi sambutan spesial untuk kami, lalu mengelilingi mahasisaa baru dengan tawa ceria. Sedang mataku tak bisa lepas dari kehadirannya, senyumku tercipta oleh segala gerakan tubuhnya, dan kisah pertamaku menjadi indah berkat sambutan selamat datang darinya.

Tapi waktu begitu cepat berlalu, memisahkan pertemuan pertama yang membahagiakan ini. Senior lain dengan seragam berbeda mengajakku pergi, ia adalah senior di jurusanku. Seketika sedih menghinggapi hatiku.. jika senior jurusanku menggunakan kemeja berbeda, itu berarti pria tadi bukanlah dari jurusanku.

Aku terus melihat ke belakang, menyimpan memori yang lebih kuat tentang pria tadi. Padangan pertama, sekaligus cinta pertamaku.

"Hallo selamat datang." Beberapa orang dengan seragam jurusan ilmu komunikasi menyambutku dengan hangat.

"Kita perkenalan diri dulu ya, karna kalian masuk jurusan ilmu komunikasi, jadi harus berani di depan kamera." Seorang wanita cantik berbicara dengan begitu ramah. Tapi di sisi lain, jantungku berdegup kencang, aku tidak bisa seramah itu. Aku panik, tidak tahu harus bagaimana melewati ini.

Lihat selengkapnya