Hari demi hari masa orientasi kulalui, membosankan. Teman baruku tidak menarik seperti teman-temanku sebelumnya. Bahkan di dunia kampus ini, aku masih saja bersama-sama dengan sahabatku yang tersisa, hanya dia.
Lalu sisi lainnya juga tidak berjalan baik, orang yang kuharapkan tidak lagi terlihat. Kampus bukanlah sekolah yang bisa memudahkan siswa saling mengenal meski berbeda kelas dan angkatan. Di kampus, kehidupan terpencar sesuai fakultas masing-masing. Fakultas sendiri merupakan gedung tempat menghimpun kehidupan kampus yang lebih kecil, yaitu program studi atau jurusan. Dan jurusan inilah sekolahku yang sesungguhnya, yang mengatur segala kegiatan belajar mengajarku, kelas, sampai penilaian.
"Selamat, kalian telah melewati masa orientasi kampus. Dan setelah ini, kalian akan menghadapi orientasi jurusan selama 1 semester, setiap hari Sabtunya."
Semua mahasiswa baru mengeluh frustasi, termasuk aku. Masa orientasi yang kulalui selama seminggu ini hanya bentuk perkenalan kecil kampus, sedang perkenalan mendalam akan tercipta ulang dalam orientasi jurusan. Aku yakin, orientasi inilah yang sesungguhnya, menyiksa dan menindas seperti mos SMA.
"Perkenalkan, saya Rizky, ketua BEM Ilmu Komunikasi. Sedikit informasi untuk orientasi jurusan ini akan berhubungan dengan tiga bidang Ilmu Komunikasi, yaitu; Jurnalis, Humas, dan Broadcasting. Tugas awal kalian adalah menjadi jurnalis, kalian diwajibkan membuat buku jurnal orientasi seperti ini." Pria itu menunjukkan sebuah buku dengan kafer logo jurusanku.
Biar kuberitahu, BEM adalah Badan Eksekutif Mahasiswa, perannya hampir sama dengan OSIS di sekolah. Hanya saja, setiap jurusan tentu saja berbeda BEM. BEM ini juga bukan organisasi paling berkuasa di kampus, karna di atasnya masih ada SENAT Fakultas dan REMA Kampus.
"Isi buku ini adalah tabel informasi, yang harus diisi dengan informasi kaka tingkat di jurusan ilmu komunikasi. Dimulai nama lengkap, kelas, informasi kontak, tandatangan dan foto. Bagaimana caranya? Tentu saja berkenalan. Semoga sukses dan jangan salah mengenali kaka tingkat." ia lanjut menunjukkan halaman demi halaman di dalam buku tersebut.
Aku mulai terjebak dalam kehidupan asing yang sama sekali tak kusukai. Berinteraksi dengan orang baru tentu saja menjadi beban besar untukku, terlebih terhadap orang yang merasa perlu diberikan banyak penghormatan.
*
"Syif, mau berburu kating sekarang?" Tanya Dinandra Vanessa, atau kupanggil Dina. Ia adah sahabat dengan garis takdir yang sama denganku, atau dalam bahasaku adalah sahabat setiaku. Ia gadis yang cuek, lucu dan apa adanya. Masuk jurusan sama di kampus yang sama juga, hanya kelas yang memisahkan kami.
"Mikir aja lama, ayo cepet ke sana, itu ada kating." Dina menarik lenganku paksa. Sejujurnya, aku belum siap melakukan hal ini, berkenalan dengan orang baru secara acak. Semasa hidupku, aku tidak pernah memulai perkenalan. Bahkan untuk menemukan teman saja, butuh banyak waktu untuk seleksi kecocokan hati.
Aku dan Dina mengikuti langkah beberapa teman jurusanku lainnya untuk menemui salah satu senior pria yang mengenakan kemeja jurusan ilmu komunikasi. Senior yang sepertinya populer, karena selalu dikerumuni banyak mahasiswa baru.
Kami pun melangkah semakin dekat.
"Ganteng ya." Seru Dina dengan tatapan berbinar.
Aku menggeleng tak mengerti. Tapi aku tetap mengantri untuk mendapat informasinya.
Jika kuingat lagi, pria ini adalah pria yang waktu itu menyelamatkanku dari kegugupan. Pria yang sangat tampan dan berkarisma, namun terlihat sombong dan tidak terlalu ramah. Ia bahkan secara cuma-cuma memberikan informasi dan fotonya tanpa mau banyak interaksi dengan para mahasiswa baru.
Tiba giliran kami, Dina sudah banyak berbicara mencoba menarik perhatian senior satu itu, perkenalan dirinya saja terkesan terlalu berlebihan bagiku. Sedang aku diam dan memalingkan muka dengan jengkel, hingga pandanganku terkunci pada seorang pria yang lewat di dekat kami. Orang itu.. yang selama ini kucari.
"Kalau kamu siapa?" Senior tadi mengarahkan bicaranya padaku, tapi aku tak lagi tertarik untuk ini.
"Maaf kak." Aku berpamitan dan langsung melangkah cepat mengejar tujuanku.