Aktivis Kampus

Zihfa Anzani Saras Isnenda
Chapter #8

Bab 8 - Niat Terselubung Cinta

Aku menggeliat dalam tidurku. Kehangatan langsung terasa di seluruh tubuhku.

"Hey, akhirnya bangun juga!" Suara ini.... Aku menengadah melihat ke arah sumber suara.

Entah apa yang terjadi, wajah yang paling kusukai menyambutku. Pria itu berbaring dalam satu ranjang di sisiku. Dan yang ia lakukann saat ini adalah menyeringai.

"Eh.." aku bangkit dari baringku dengan terkejut sampai terjatuh ke lantai.

"Hey, kenapa denganmu?" Ka Firman membantuku. Sentuhannya berhasil membuat desiran asing di perutku. Seingatku, yang melakukan ini sebelumnya adalah Ghani.

"Tenanglah, aku tidak berbuat apa-apa. Aku hanya menggantikan pacarmu, karna dia harus menenangkan nafsunya di kamar mandi." Jelasnya

Deg. Apa maksudnya?

"Jurusanmu sangat kacau. Ketua Senat sedang menghukum senior-seniormu dan hanya akan berhenti sampai kamu sadar."

Sesaat, kucerna kata-kata pria ini. Rasanya seperti bualan, tapi ekspresinya tak mungkin menipuku.

"Orientasinya gimana?"

Ka Firman menggeleng, "sejak setengah jam lalu, mahasiswa baru sudah dipulangkan."

Aku memaksakan diri untuk bangkit da segera menuju tempat hukuman para seniorku, bersama ka Firman yang terus memapahku.

"Kenapa kamu pakai pakaian seperti ini sih?" Tanya ka Firman tiba-tiba

Aku diam tak menjawabnya.

"Jangan takut, kau bisa mengatakan segalanya padaku."

"Ini baju pinjaman, makannya kekecilan. Aku ga punya baju formal kaya gini kak." Aku mengakuinya.

Mendengar penuturanku, ka Firman malah tersenyum. Apa dia tidak mempercayaiku?

"Kamu lucu, aku menyukaimu." Ka Firman mencubit pipiku sedikit keras, membuatnya semakin matang karena rasa sakit kian bercampur perasaan gugup.

Saat itu juga Ghani mengacaukan suasana. Ia menangkis tangan ka Firman dan menggantikannya memapahku. Sesaat emosi memenuhi hatiku, tapi setidaknya, aku tidak perlu lagi tersiksa dengan perasaanku sendiri.

Di ruang Senat, kudapati beberapa seniorku berada dalam posisi push up. Rasanya terpukul membuat banyak orang disiksa hanya karna penyakitku.

"Berhenti." Ka Firman langsung mengintrupsi menghentikan hukuman mereka. Saat itu juga semua mata tertuju padaku.

"Kenapa jadi seperti ini?" Tanyaku

"Senat fakultas sudah memberi aturan untuk pelaksanaan orientasi, dan jurusanmu sudah melakukan penindasan fatal." Ketua Senat menjawab pertanyaanku dengan tegas.

Aku diam, ka Firman pun diam. Suasana menjadi hening mencekam. Apa yang harus kukatakan?

"Ini salahku, harusnya aku pakai baju yang lebih hangat." Tuturku memberanikan diri.

"Lalu kenapa kau melakukan ini?" Tanya ketua senat lagi.

Aku terdiam memikirkan jawaban yang harus kulontarkan. Aku tidak masih merasa kejujuranku bukanlah sebagai hal baik. Perasaanku mengatakan, para seniorku akan kembali dihukum jika aku menjawab jujur.

"Aku ingin jadi pusat perhatian." Ucapku akhirnya.

Para seniorku menatap jengkel, begitu juga dengan ketua senat. Hanya ka Firman yang memasang ekspresi lainnya, bingung dan tak menyangka atas jawabanku.

"Lain kali, pedulikan dirimu sendiri. Sudahlah, siapapun yang salah, saya tidak mau lagi melihat kekacauan dalam orientasi jurusan ini. Sikap arogan dan penindasan berlebihan. Saya beri kesempatan kedua untuk jurusan ilmu komunikais ini." Putus ketua senat.

*

Lihat selengkapnya