Aktivis Kampus

Zihfa Anzani Saras Isnenda
Chapter #20

Bab 20 - Kekasih Pertama Yang Salah

Syifa yang baru akhirnya lahir. Aku akan memulai perubahan pertamaku dari status hubunganku yang sebelumnya lajang menjadi berpacaran. Seperti kata ka Firman sebelumnya, aku cantik dan populer, mencari seorang kekasih tentunya tak sulit untukku. Tapi targetku tidak lain adalah Ghani. Selain karna Ghani sempat mendekatiku, ini juga cara untukku membalaskan dendam atas perbuatan buruk yang sama.

Aku berdiam diri di depan kelas Dina, berpura-pura hendak menemui gadis itu.

"Setelah sekian lama, kau kembali menghubungiku. Bagaimana senat? Bagaimana ka Firman" Dina memang belum mengetahui isu terbaru tentangku, dan aku sengaja menutupi ini.

Aku memeluknya erat. Dari ujung mataku, bisa kulihat Ghani dan teman-temannya tengah memperhatikanku. Mereka tampaknya tidak percaya dengan kehadiranku. Sejak mengetahui taruhan itu, aku memang selalu menghindari mereka, bahkan tidak pernah berkunjung lagi ke kelas Dina.

"Aku mau minta maaf sama Ghani." Bisikku pada Dina

"Apa?! Minta maaf apa?" Seru Dina tak menerima sikapku.

Tanpa memperdulikan omelan Dina, aku langsung menjalankan rencanaku.

"Ghan!" Kulambaikan tangan pada pria itu. Semua orang terkejut dengan panggilanku. Entah kenapa, semakin lama berada dalam lingkungan manusia yang selalu mengurusi hidup orang, semakin membuatku terbiasa dan tak takut lagi dengan pandangan mereka padaku atau omongan mereka di belakangku.

Ghani menghampiriku tanpa ragu, namun gelagatnya yang salah tingkah sudah menunjukkan perasaan bersalahnya.

"Syif, umm.. itu.. maaf." Ghani menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku juga minta maaf." Tuturku dengan senyum merekah.

Ghani tampak tidak percaya dengan ucapanku.

"Kita temenan lagi kan?" Kutunjukkan kelingkingku di depan wajahnya. Ia membalas dengan menautkan kelingkingnya pada milikku.

"Umm.. dari waktu itu, aku ingin minta maaf, tapi kaka senat itu.." Ghani menggantungkan ucapannya

"Dia cuman gebetan aku, ga lebih."

"Soal gosip tunanganmu--"

Aku cepat memotong ucapannya, "cuman gosip."

"Jadi kamu udah gamau denger ucapanku? Dasar bodoh!" Dina meninggalkanku dengan kesal.

Sejak dulu, ia tidak pernah menyukai Ghani, dan tentu saja ia menolak keras pilihanku satu ini. Tapi Dina tidak tahu rencanaku, biar saja ini menjadi urusanku sendiri. Lagipula, aku bisa menjaga diri dan hatiku sendiri, maafkan aku Dina.

*

"Syifa!!" tiga orang teman Ghani tiba-tiba mengganggu makan siangku dan Dina di kantin.

"Apaan sih, ganggu aja!" Dina mengomel seperti biasanya.

"Tuh ditunggu Ghani di luar." Seru mereka serempak.

Mereka langsung menyeretku keluar, sangat tidak sopan.

"Apa sih Ghan?!" Ocehku

"Syifa, mau ga kamu jadi pacar aku?" Pertanyaan ini keluar juga dari mulutnya.

Aku membeku dalam posisiku. Ini sesuai dengan rencanaku, tapi entah mengapa aku justru merasa ketakutan.

"Kamu sengaja banget sih nembak dia di depan umum kaya gini!" Dina mengomeli Ghani.

Sesaat aku berpikir. Aku tentu harus menerimanya sesuai rencanaku, tapi hatiku ragu untuk ini. Aku tidak ingin pacar pertamaku adalah pria yang tidak kucintai.. andai saja aku tidak ingat, ada perjuangan yang harus kulalui untuk cinta itu.

"Oke." Jawabku

Lihat selengkapnya