*** [Adit pov]
Hai Syifa.. aku menulis surat ini karna aku punya firasat dan keinginan untuk segera pergi dari bumi. Aku hanya ingin kau tahu alasan dari perasaan cintaku padamu. Selama ini kau menutup telinga, tapi kumohon supaya kau tak menutup mata pada surat ini.
Aku bisa lihat wajah bingungmu saat aku mengatakan mencintaimu, maka aku akan menjelaskannya. Kau ingat titik awal kita bertemu? Mungkin bagimu itu hanyalah angin lalu, sedang bagiku.. itulah awal dari kehidupanku.
Pertama kali aku melihatmu, kau adalah gadis polos dan pemalu.. sangat berbeda dari gadis-gadis lainnya yang masuk jurusan komunikasi. Aku melihat sedikit kesamaan di antara kita. Aku paham posisimu, jadi aku tidak mau membuatmu malu, jadi aku membantumu.
Hari kedua pertemuan kita adalah ketika kamu mengantri tanda tanganku. Aku cukup kagum dengan keberanianmu. Dulu.. aku rela dihukum demi menghindari komunikasi dengan senior manapun. Tapi tidak denganmu. Aku sengaja mempercepat urusanku dengan mahasiswa baru lainnya, karna aku ingin lihat bagaimana kamu melawan rasa takutmu. Begitu giliranmu, kamu banyak diam... Saat aku mengajakmu bicara, kamu justru pergi, berlari seperti mengejar sesuatu. Yang kulihat saat itu adalah Firman. Apa aku tidak lebih menarik dari Firman? Entah kenapa, aku merasa cemburu. Mungkin karna itu Firman, kakaku sendiri. Dari situ, ada satu hal yang mulai kusadari, aku harus bisa memenangkanmu. Maafkan aku, aku memang bodoh.
Selama orientasi jurusan, Ferdi selalu mengganggumu. Aku ingin menghajarnya, tapi aku tidak begitu senang menjadi pusat perhatian. Yang bisa kulakukan hanyalah melapor dan meminta pertolongan ketua BEM. Seharusnya itu menjawab kebingunganmu saat itu, mengenai kehadiran ketua BEM yang selalu muncul membantumu.
Lalu ada masa saat kau mendapat hak istimewa karna mendapat tandatangan seorang senat. Aku merasa bangga, kau lebih pintar dariku di masa lalu. Caramu menghindari komunikasi dengan para senior lebih cerdas.Tapi begitu aku tahu penyelamatmu adalah Firman.. lambat laun aku merasa ada sesuatu di antara kalian. Aku takut kau jatuh ke dalam pesonanya. Selain karna kakaku yang sering mempermainkan perempuan, aku juga merasa lagi-lagi kalah darinya. Aku tidak bisa menerima ini.
Aku menemui pria itu lagi setelah sekain lama, memaksanya untuk menjauhimu. Tapi dia malah tertawa dan mengejekku. Ia tidak mau menuruti permintaanku ini dan berharap aku sportif untuk mendapatkanmu. Karnanya, aku hanya bisa memperingatinya untuk tidak menyakitimu.
Selanjutnya, aku mendengar kabar tentangmu yang mendaftar senat. Kau adalah seorang introvert sepertiku, dan tidak mungkin mendaftar senat dengan tanpa alasan. Apa kau melakukan ini untuk Firman? Maafkan aku.. kali ini, aku harus menahanmu. Aku sendiri yang meminta Arif untuk tidak menerimamu.