Aktivis Kampus

Zihfa Anzani Saras Isnenda
Chapter #32

Bab 32 - Cinta Yang Salah

Bersamaan kalimat selamat tinggal yang kubaca, dadaku terasa sangat sesak. Air mataku bahkan sudah habis dan tak lagi bisa keluar. Tubuhku lemas, kepalaku pening dan pandanganku berkunang. Seharusnya aku pingsan, tapi keinginanku untuk menemui ka Adit lebih besar. Aku menguatkan diriku untuk menemui dokter yang memberikan surat itu.

Kuberlari kesana kemari mencari dokter itu..

Brukk... Aku menubruk tubuh seorang pria. Pria yang selama beberapa bulan terakhir ini selalu bersamaku dalam kegelapan. Kali ini ia kembali menatapku, tatapan tajam yang penuh kebencian.

Plakk... pria itu menamparku.

"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi!" Ka Firman membentakku dengan keras, membuat semua mata tertuju pada kami.

Hatiku semakin hancur. Aku bahkan tidak bisa mengabulkan permintaan ka Adit untuk selalu muncul di arah pandang matanya.

Kepalaku berdenyut keras, kakiku semakin lemas, pandanganku juga mulai kabur dan menggelap. Akhirnya aku tak bisa melawannya, aku pun jatuh tak sadarkan diri.

"Syifaa!!" Suara Arif semakin dekat ke arahku. Tapi aku sudah tidak bisa melihatnya. Perlahan, tubuhku terangkat melayang.

"Kamu apa-apaan!" Arif berteriak, sepertinya pada ka Firman.

"Dia pantas menerima ini." Perkataan ka Firman ini menutup pendengaranku berikutnya.

*

"Syifa..." Sebuah suara menarikku kembali ke dunia nyata.

Arif berdidi di sisi ranjangku bersama Dokter yang selama ini merawat ka Firman, ia juga dokter yang kucari sejak tadi.

"Dokter... Di mana ka Adit?" Tanyaku takut.

"Tenanglah Syifa." Dokter berusaha menenangkanku.

"Aku harus ngeliat ka Adit untuk terakhir kalinya" aku memberontak sampai tak sadar memukul-mukul Arif yang berusaha menenangkanku.

"Suntik dia sus." Tutur dokter

Sebuah cairan yang masuk ke lenganku secepat kilat membuatku lemas.

"Dokter, kumohon temui aku dengan ka Adit." Lirihku yang semakin lemas. Pikiranku memaksa untuk aku memejamkan mata, tapi hatiku lebih kuat untuk menahannya.

"Istirahatlah dulu Syifa, tenangkan dirimu, jangan lawan bius itu."

"Kumohon dok, ka Adit..."

"Ada apa ini sebenarnya? Kenapa dengan Adit?" Arif memotong bicaraku

Lihat selengkapnya