Kembalinya aku kuliah, berbarengan dengan kembalinya ka Firman juga ke dunia kampus. Bukan aku tidak mampu menghindarinya, tapi hukum alam selalu seperti ini. Semakin aku menghindari seseorang, alam pasti semakin akan mendekatkannya.
Ia menguasai gazebo depan gedung seperti biasanya, sedang aku terpaksa harus melewati tempat itu. Aku berjalan cepat berusaha tidak melihatnya dan juga tidak terlihat. Tapi jalanku yang tidak hati-hati justru membuat semua ini kacau. Aku menabrak seseorang sampai kami berdua terjatuh ke tanah.
"Puspa!" Suara ka Firman berteriak terdengar sangat nyata. Apa ia menyadariku selama ini?
Pria itu berlari ke arahku dengan tatapan khawatir.
Plaakkk. Ia menamparku keras.
"Berani-beraninya kamu sakitin Puspa!"
Sontak aku melihat orang yang kutabrak. Ialah Puspa.
Ka Firman memeluk wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sedang Puspa terlihat tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Sudah kubilang berkali-kali jangan lagi muncul dihadapanku! Apalagi mengganggu wanita berharga di hidupku." Ka Firman kembali membentakku di depan banyak orang. Sekilas, aku bisa melihat senyuman licik di wajah Puspa.
Rasanya aku menyesal berpura-pura menjadi dirinya selama ini. Kenapa aku tidak berpikiran untuk berpura-pura menjadi teman ka Firman lainnya?
Plakkk.. Untuk kedua kalinya, ka Firman menamparku dengan keras. Ia juga menjambak rambutku sampai kepalaku menengadah ke atas.
"Pergi sekarang, atau aku bisa melakukan yang lebih kasar!" Bisiknya
Perintahnya yang tidak bisa ditolak membuatku sadar diri. Aku segera bangkit dan kembali melangkah menjauhinya.
"Tunggu." Puspa menahanku. Aku sempat berpikir ia akan menolong harga diriku sebagai sesama wanita, tapi..
Plakkk.. Ia juga menamparku.
"Itu untuk balas dendamku padamu." Ia tertawa dengan hal itu.
Harga diriku hancur.. Aku terlalu jatuh dalam perasaanku pada ka Firman. BODOH! Aku berlalu dengan kekalahan dan sesak di dada.
"Jangan pernah muncul lagi di hadapanku!" Teriakan ka Firman masih sempat kudengar dengan jelas.
Sakit sekali diperlakukan seperti ini oleh orang yang kucintai.. tapi Ini memang pilihanku sejak awal. Aku juga sudah berjanji akan berpindah hati dan tidak lagi memikirkan ka Firman. Sebisa mungkin aku harus menghindari keberadaannya mulai saat ini.
Tapi kenapa rasanya sesulit ini?
*Kringg* (Panggilan masuk)
"Ka Arif!" Aku langsung mengangkat panggilan begitu tahu nama itu menelponku. Kutahan isakan sakit hati yang tengah kurasakan.
"Syif...." Suara ka Arif terdengar lemas. Saat itu juga jantungku tiba-tiba berdebar kuat.
"Kak, gimana sudah sampai?" Aku berbicara dengan sama lemasnya. Jujur, aku takut akan semua kemungkinan buruk yang bisa terjadi.
"Adit... Dia ga selamat"
Perkataan itu, membuat sekujur tubuhku lemas. Aku terjatuh ke lantai dan pandanganku menggelap.
*
Aku terbangun di sebuah ruangan berbau khas.. rumah sakit. Dina menjadi orang pertama yang kulihat di ruangan ini.
"Kenapa aku di sini?"
"Kamu pingsan di lobi kampus." Jelasnya.
Perkataan Arif kembali terngiang di telingaku. Apa itu hanya ilusi karna ketakutanku yang berlebihan? Tanpa sadar aku kembali menangis.