BAB 1
Pukul 15.00 WIB, Rumah Sakit DKT Mojokerto dimana sosok kuat yang akrab dengan sebutan 'ibu' itu menunggu sambil menahan sakit yang tak tertahankan. Masih satu dinding yang terbuka, tapi sosok itu masih menahan rasa sakitnya. Dengan rasa sakit yang beliau rasakan, sosok itu berjalan dengan kedua kakinya yang terlihat bengkak. Berjam-jam beliau menunggu sambil menahannya dengan sesak tangisnya.
Hingga pagi yang cerah memenuhi ruangannya, janji dokter yang beliau tunggu tak kunjung terpenuhi. Sosok itu tak kuat menahannya, Ayahku yang melihat ibuku seperti itu pikirannya menjadi kalang kabut. Sang dokter tak kunjung datang dikarenakan masih ada rapat, ibuku menahannya menangisi rasa sakitnya.
Sang dokter baru saja selesai rapat, Ayahku yang sudah tidak tahan melihat ibuku terbaring kesakitan beliau berdiri dan menghampiri sang dokter, seraya menumpahkan semua amarahnya hingga "Seperti tak Punya Hati," kata ibuku saat itu. Dimulailah perjuangan hidup dan mati ibuku dengan janin didalamnya yakni, aku. Ibuku terus berjuang hingga kehilangan banyak darah. Tangis, peluh, sakit, dan jerit menjadi satu dengan udara dalam ruang persalinan.