BAB 5
Sebentar, sedikit lagi, otakku masih berkeliling mencari memori yang sepertinya mulai usang dibelakang. Mencari rak yang bertuliskan "Teman masa SD". Seharusnya, untuk mencari memori teman masa SD tidaklah susah, tapi mengingat sebuah memori indah itu harus diingat secara perlahan, agar saat aku menceritakannya nanti tidak berupa bualan semata, melainkan kenyataan yang benar-benar pernah kutelan selama 6 tahun. Tidak, ralat melainkan 5 tahun.
Aku sudah berhenti diantara kedua rak yang memiliki tulisan yang sama "Teman masa SD", tetapi dengan kategori yang berbeda, yakni buruk dan indah. Meskipun buruk, toh mereka tetaplah temanku. Hendak aku menarik rak "Teman masa SD" dibagian buruk, tapi sepertinya mengenang yang indah lebih menarik daripada mengumbar masa lalu yang buruk. Aku memasukkan kembali rak yang kutarik, lalu aku berpindah dibagian yang indah.
Sudah tahun 2011, tepat aku menginjak kelas 2 SD disekolahku tercinta. Tapi, tak kunjung aku menemukan sang sahabat setiaku. Teman yang bersamaku kelas 1 sepertinya sudah mulai jenuh berteman denganku. Aku kesana kemari guna mencari kenyamanan, barangkali ada salah satu temanku yang berkenan bersahabat denganku. Hingga aku bertemu dengan mereka, tiga anak dengan lelucon mereka yang ambigu alias tidak jelas dan tak lupa dengan canda tawa yang menghiasi wajah mereka.
Cukup sulit mendekati mereka, karena aku bukanlah anak-anak belakang yang sekarang sedang asyik menari ala-ala cherrybelle. Mereka mudah sekali membaur, tapi jujur saja terkadang mereka sedikit menjengkelkan. Sungguh, aku tak berbohong. Mereka menari dan menyanyikan lagu cherrybelle yang sedang tenar-tenarnya saat itu, kalaupun bukan cherrybelle mereka akan menyanyikan lagu coboy junior. Bahkan mereka bisa menyanyikannya setiap hari saat jam istirahat.
Aku tidak punya niatan sama sekali bergabung dengan mereka, pasti sangat sulit mengikuti kebiasaan mereka, mencari tahu selebriti yang mereka idolakan setiap harinya. Lanjut cerita, bersahabat dengan mereka bertiga ternyata butuh perjuangan, apalagi aku bukan anak lama, sedangkan mereka sudah sejak TK bersama-sama. Butuh beberapa bulan untuk mendekati mereka, bahkan aku sempat ingin menyerah mencari sahabat saking bingungnya. "aku ingin mencari sahabat yang seperti apa lagi?"
"Pagar sahabat" yang semula tutup sepertinya sudah mulai terbuka sedikit demi sedikit. Aku mendekati tiga sekawan itu, mencoba membaur dengan cerita-cerita yang sedang mereka bicarakan. Perlahan tapi pasti, butuh waktu lama yang penting yakin. Sampai tak terasa mendekati kenaikan kelas, aku baru bisa berkawan dengan mereka, "Pagar sahabat" terbuka lebar untukku.