BAB 10
Pagi hari yang cerah, aku menyangklongkan tas ransel besarku dibahu dan bersiap-siap untuk pergi apel pagi. Mengambil sepatu di rak depan kamar, setelah itu langsung meluncur kebawah.
Ternyata sudah banyak yang menunggu disamping hingga depan asrama, semua sudah menunggu aba-aba dari kakak BES yang sudah sedari tadi mengawasi perbatasan asrama putra dengan asrama putri.
Saat orang-orang depan sudah mulai berjalan, aku pun melangkahkan kakiku mengikuti mereka berjalan. Iya, aku sendirian, sejak musibah menimpaku mau tidak mau aku harus terbiasa sendirian. Aku berjalan terus sampai aku tak menyadari, bahwa aku telah memasuki radar merah muda.
Kalian, yang ingin tahu seperti apa reaksi anak-anak santriwati setelah cuci mata? Disinilah, aku akan menceritakannya kepada kalian. Ini bukanlah aib, melainkan berbagi cerita yang sempat aku rasakan juga.