BAB 13
Tidak menyangka diriku akan memakainya, si jas biru yang diidamkan anak-anak Penjara Suci. Yah... Pada akhirnya aku memakai jas yang besar sebelum waktunya, warnanya selaras dengan langit dipagi hari yang membuat warna kulitku terlihat semakin gelap. Hari-hari MPLS, hanya ada secuil kenangan yang bisa aku bagi kepada kalian yang membaca ini.
Kalian masih ingat dengan anak yang cerdas tetapi masih kalah dengan anak Cambridge, bukan? Kalau kalian tidak tahu, sebaiknya kalian kembali ke halaman sebelumnya. Aku akan memperkenalkannya kepada kalian, namanya adalah Arin, si anak cerdas, si anak cerewet, si anak tahfidz, si anak tiduran saat diniyah dan masih banyak lagi julukannya.
Dia termasuk anak yang kurang beruntung, tetapi jalan takdirnya begitu indah dan sudah terlihat jelas dari sisi manapun. Entah dibagian mana dia salah mengisi tes, hingga dia harus berakhir dikelas reguler. Tapi beruntung tidak terlalu ironi kehidupannya di Penjara Suci, nyatanya dia yang terpandai dikelasku. Aku hanya bisa mengeluarkan hembusan nafas dari kedua lubang hidungku yang terdengar besar seraya berkata, "Yahh... Percuma dikelas 'High', kalau ada dia."