BAB 19
Pertama, aku tidak akan mengungkit lagi masa laluku yang mungkin bisa dibilang kurang bersyukur (Dilarang untuk ditiru, sesat), kedua aku tidak perlu lagi membuka portal kenangan, dan ketiga aku tidak akan lagi mengeluh tentang dia yang tidak peka sama sekali. Diriku, bagaimana kabarmu? Mudah-mudahan selalu baik. Aku untuk kali ini akan menceritakan kisah 'Raya' dalam kehidupan nyatamu dulu. Sosok Raya yang jauh berbeda dengan kisah yang kamu buat.
Jika diingat kembali aku tidak bisa mengingat pada jam berapa, hari apa, minggu keberapa, dan detik keberapa. Aku hanya ingat ketika diriku pertama kali bertemu dengan sosok itu. Iya, sosok Raya yang aku katakan tadi, keadaan kelas yang tidak bisa aku ingat, tapi suara detakan sepatu lincah memasuki ruang kelas kami. Entah, itu awal yang benar atau salah? Sosok itu sering sekali disebut tentang keceriaannya, tanggung jawabnya, dan masih banyak lagi.
Tidak luput pikiranku memikirkan sosok yang membuatku penasaran, "Halo, anak-anak...!" Sapanya dengan wajah sumringah tanpa ragu. Pikiranku mulai merespon apa yang sedang aku lihat dan dengar, "Ah... Ternyata beliau yang anak-anak katakan," ucapku. Hari mata pelajaran pertama yang sangat ceria, maksudku untuk mata pelajaran itu. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan guruku dahulu, hanya saja yang ini lebih membawa positif dalam hati dan pikiranku.