Kayra dan dua orang cowok tampan tengah duduk di salah satu meja restoran. Kayra duduk di samping Dimas, calon suaminya. Sementara dihadapannya ada Juna, sahabat kecilnya.
Makan siang itu terasa tak seperti biasanya saat Dimas tiba-tiba mengeluarkan sebuah kalimat yang membuat Kayra dan Juna diam tak berkutik.
"Kalian tau gak sih, banyak orang bilang kalau persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu gak murni seperti persahabatan pada umumnya. Pasti salah satu atau bahkan keduanya punya perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Kalian gak pernah ngalamin hal kayak gitu?" ucap Dimas dengan tatapan serius sembari memasukan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
"Uhukkkk. Uhukkk." Juna tersentak mendengar ucapan Dimas, ia tersedak makanan yang baru saja ia telan.
Kayra menatap Juna terkejut dan segera menyodorkan minuman ke arah Juna. Dimas menatap dua pasang manusia dihadapannya dengan sedikit curiga dan membiarkan Kayra memberikan minuman itu pada Juna.
"Sorry sorry gue bercanda tadi." lanjut Dimas mencoba mencairkan suasana.
Juna mengambil alih gelas yang Kayra sodorkan ke mulutnya. Ia tak mau Dimas berfikir negatif tentang hubungan dirinya dengan Kayra. Kayra pun memperbaiki posisi duduknya, ia terlihat kikuk, mukanya pun sangat terlihat khawatir. Ia khawatir hubungannya dengan Juna memengaruhi rencana pernikahannya dengan Dimas yang sudah hampir rampung 100%.
Andai Kayra berani menjawab pertanyaan Dimas tadi, Kayra jelas sangat tahu apa jawabannya. Persahabatan Kayra dan Juna memang tak murni persahabatan biasa. Ada cinta di antata mereka. Tapi cinta yang bertepuk sebelah tangan karena Kayra hanya mengganggap Juna tak lebih dari seorang sahabat. Lain halnya Juna yang semakin hari, cintanya pada Kayra justru malah semakin besar.
Kayra segera menghabiskan makanannya. Ia tak sanggup berada dalam situasi ini, ketiganya malah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Situasi yang sangat dibenci Kayra.
"Jun, loe hari ini bukannya ada janji ya sama Citra? Loe duluan aja, gapapa. Gue sama Dimas mau ngobrolin sesuatu dulu disini." Kayra akhirnya membuka pembicaraan dengan mata seolah memberi kode pada Juna untuk mengiyakan ucapannya.
"Ehh iyaa, gue ada janji. Oke kalau gitu, gue pergi dulu yaa. Thanks udah traktir gue." Juna terpaksa mengiyakan. Ia tahu Kayra sedang mengusirnya secara halus. Sejujurnya Juna sangat sedih karena persahabatan mereka sekarang jadi tak sedekat dulu lagi. Ia menyesal pernah menyatakan perasaannya pada Kayra. Padahal Juna tahu, hati Kayra hanya untuk Dimas seorang. Tapi kini, ia justru malah kehilangan sahabatnya setelah Kayra tahu perasaannya.
"Jun." panggil Dimas pada Juna saat Juna bangkit dari tempat duduknya.
"Thanks yaa, loe udah jagain Kayra selama ini. Jadi sahabat terbaik buat Kayra. Gue cuma minta satu hal sama loe, apapun yang terjadi, loe tetep sahabat Kayra." Dimas tersenyum lalu bangkit berdiri dan menepuk pundak Juna pelan.
Juna balas menepuk pundak Dimas dan membalas senyumannya.
"Lancar ya bro pernikahannya. Gue selamanya akan tetap jadi sahabat Kayra. Otomatis gue juga sahabat loe." balas Juna dan segera bergegas pergi meninggalkan Dimas dan Kayra yang kembali sibuk dengan fikirannya masing-masing.
Kayra berusaha mengalihkan fokus Dimas pada pernikahan mereka.
"Dim, besok kita jadi kan ke butik, ngecek baju pernikahan kita?" tanya Kayra dengan tatapan bingung yang tak bisa ia tutupi.
"Kay, apa kamu yakin akan tetap melanjutkan pernikahan ini?" tanya Dimas tak menjawab pertanyaan Kayra. Dimas tahu Kayra sekarang sedang bingung. Sejujurnya Dimas pun tahu Kayra hanya menganggap Juna sebagai sahabatnya saja. Tapi ada hal lain yang belum bisa Dimas ungkapkan saat ini. Tapi dia ingin mencari tahu keseriusan Kayra padanya.
"Maksud kamu apa?" Kayra kaget mendengar pertanyaan Dimas yang sangat melukai hatinya. Kelopak matanya berkaca-kaca tapi ia berusaha untuk tak membiarkan air matanya jatuh begitu saja.
"Aku cuma gak mau kamu memilih keputusan yang salah karena telah memilih aku jadi suami kamu. Akuuu.. " Dimas tak mampu melanjutkan perkataannya lagi saat air mata menyeruak dari sudut mata Kayra.
"Justru dengan semua pertanyaan kamu ini, sekarang aku jadi ragu sama kamu. Apa ini cuma alasan kamu untuk membatalkan pernikahan kita?" Kayra menekankan nada setiap kalimat yang ia ucapkan. Jari-jari tangan kanannya memegang cincin pertunangannya yang masih melingkar di jari manis kirinya seakan takut cincin itu terlepas dari jarinya.