Dimas kini sudah tiba di seberang rumah Juna. Dimas merogoh sakunya mengambil handphone yang berlatar foto Kayra dengannya.
Dimas sesaat tersenyum miris memandangi layar handphonenya. Air mata menggenangi pelupuk matanya, namun Dimas segera mengusapnya. Ia tak mau air mata itu berhasil mengalir di pipinya dan membuatnya sulit untuk berhenti menangis.
"Jun, gue udah ada di seberang rumah loe." Dimas mengirimkan chat pada Juna saat ia telah berhasil meredam perasaan sedih yang terlalu berkecamuk dihatinya.
"Wait, lima menit lagi gue udah disitu." balas Juna.
Lima menit berlalu, Juna mengetuk kaca mobil Dimas beberapa kali saat ia telah berada di seberang rumahnya.
"Dim, dim." panggil Juna pada Dimas yang masih terjebak dalam lamunannya dengan posisi menelungkupkan kepalanya di atas stir mobil.
Kening Juna berkerut, ia mengetukkan kembali tanggannya pada kaca mobil Juna dengan lebih keras.
"Dim, dim. Loe gak kenapa kenapa kan? Dim?" teriak Juna yang mulai khawatir.
Dimas tersentak kaget, ia menengokkan kepalanya ke arah kanan. Lalu perlahan kaca mobilnya terbuka.
"Sorry, sorry tadi gue lagi ngelamun. Masuk Jun." ucap Dimas menggerakkan kepalanya memberi kode pada Juna untuk segera masuk mobilnya.
Juna terlihat bingung tak mengerti dengan sikap Dimas yang aneh sejak tadi siang di restoran. Ia pun segera beralih ke pintu mobil sebelah kiri lalu masuk ke dalam.
"Sebenarnya loe mau bawa gue kemana sih? Loe mau ngomongin apa sama gue? Ini bukan soal yang tadi loe bilang di restoran kan?" Juna mengajukan tiga pertanyaan tanpa jeda sedangkan Dimas hanya memandang lurus ke depan tanpa menjawab satupun pertanyaan itu. Mobil pun melaju entah hendak menuju kemana.
Dimas fokus menyetir mobil tanpa membuka suara sedikit pun. Juna terlihat gelisah, bingung harus berbuat apa, bingung harus berkata apa.
Arghhhh, Juna mengacak rambutnya frustasi.
"Dari awal gue harusnya mikir sejuta kali sebelum nyatain perasaan gue ke Kayra. Jangan-jangan Dimas udah tau dan dia gak terima, terus mau ngehajar gue. Atau jangan-jangan dia mau ngerelain Kayra buat gue. Ehhh tapi baik amat Dimas kalau mau ngerelain calon istrinya sama laki-laki lain. Ahh tau ahhh, kepala gue mau pecah rasanya." ucap Juna dalam hati.
Mobil kini telah berhenti tepat di seberang tempat pemakaman. Juna mengernyitkan keningnya bingung. Apa pemakaman ini jadi tempat yang mereka tuju? Entahlah, hanya Dimas yang tahu.
"Loe ikutin gue." Dimas turun dari mobil. Lalu menyebrang saat kondisi jalan mulai sepi. Ia masuk ke dalam pemakaman itu diikuti Juna dari belakang.
Langkah Dimas terhenti pada sebuah pohon cukup rindang. Ia menyembunyikan badannya dibalik pohon itu sambil menatap seorang wanita paruh baya yang tengah menaburkan bunga pada sebuah makam. Juna mengikuti Dimas bersembuyi, matanya mengikuti arah pandang Dimas, juna berfikir sejenak, mencoba mengingat-ingat siapa wanita paruh baya yang tengah mereka lihat.