Aku atau Adikmu?

Yuanita Fransiska
Chapter #8

Bab 8: Lamaran

Ah, andai saja kami bisa bertukar tempat, aku dengan senang hati membiarkan Yati yang dilamar oleh Adi. Yati pun pasti gembira jika berada di posisiku setelah penantian jodoh sekian lama.

“Kamu pucat banget. Nggak dandan? Ayo, aku dandanin. Pake kebaya, dong!” ajak Yati sambil menggandeng tanganku.

Aku menggeleng dan menolak dengan cepat. “Nggak, segini aja cukup. Ayo, duduk.”

Tak beberapa lama, terdengar suara ramai bapak-bapak yang duduk di luar. Mereka berdiri menyambut tamu yang sudah ditunggu sejak tadi. Tampak Adi datang bersama Bang Tio dan seorang laki-laki paruh baya. Di belakangnya seorang wanita berkebaya hijau berjalan sambil menundukkan kepala. Mereka bersalaman saat tiba, kecuali wanita itu yang diarahkan masuk bergabung dengan ibu-ibu lain.

Wanita yang datang bersama Adi tersenyum sungkan sambil menyalami ibu-ibu  yang duduk di dalam. Mama mempersilakan wanita itu duduk di sebelahnya. Mereka berbincang dengan kaku, saling memperkenalkan diri.

Beberapa tetangga yang duduk di dekatku berbisik-bisik. Entah sengaja supaya aku dengar atau tidak, ucapan mereka membuat dadaku sesak.

“Masa lamaran cuma empat orang yang dateng?”

“Waktu si Parmi nikah, besan yang ngelamar sampai satu kampung loh!”

“Emang lakinya nggak punya keluarga apa ya?”

“Nggak disetujui kali.”

Yati mengusap pundakku, mencoba menenangkanku. Dari kejauhan, kulihat Mama yang duduk di seberangku seperti pura-pura tak mendengar ucapan menyakitkan itu. Namun dari matanya yang melirik dengan tajam, aku tahu Mama juga merasa tak nyaman mendengar komentar tetanggaku. Ia memilih menyibukkan diri mengobrol dengan calon besannya. 

Berbeda denganku, beribu tanda tanya memenuhi otakku. Aku tak habis pikir, mengapa Adi hanya mengajak tiga orang untuk acara penting seperti ini? Apakah dia tidak serius? Apakah keluarganya tak menyetujui pernikahannya? Atau begitu tidak pentingkah pernikahannya sehingga hanya tiga orang yang menyempatkan datang?

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Selamat datang untuk Nak Adi beserta keluarga,” suara Pak RT terdengar lantang membelah keriuhan yang samar, juga memecah lamunan dari otakku.

Dengung suara menjawab salam menggema di ruangan sempit ini. Pak RT membuka acara semi formal ini dengan guyonan yang membuat hadirin tertawa. Setelah memberikan sedikit sambutan, beliau mempersilakan Pakde Harto sebagai perwakilan keluarga untuk memberikan sambutan. Sambutan sepupu Mama yang memang seorang ustadz itu diselingi ceramah singkat. Setelah beliau selesai, sambutan dilanjutkan oleh perwakilan keluarga Adi.

Lihat selengkapnya