Aku Bereinkarnasi Bersama AI di Dunia Lain

Tino Perdiyansya
Chapter #4

Penginapan Dan Teman Baru

Riku mulai berjalan menuju arah yang disarankan oleh Lume. Jalanan masih dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu-lalang, dan suara obrolan serta deru kendaraan sihir membuat kepalanya semakin pusing. Dia mencoba menjaga jarak dari kerumunan, tapi tetap saja sulit baginya untuk tidak merasa sesak.

"Aether," gumam Riku pelan, berusaha agar tidak terdengar oleh orang lain, "berapa lama lagi sampai penginapan itu?"

Sebuah teks muncul di sudut pandangannya, seperti chat box yang hanya bisa dilihat olehnya:

Aether: "Berdasarkan data lokasi dan kecepatan langkah Anda saat ini, estimasi waktu tempuh ke Penginapan Lumina adalah 12 menit dan 45 detik."

"Tidak butuh angka spesifik sejauh itu, Aether," balas Riku dalam hati, tapi tetap bergumam pelan tanpa sadar. Beberapa orang di sekitarnya menoleh, tampak heran melihatnya berbicara sendiri.

Aether: "Affirmative. Namun, detail tambahan dapat membantu Anda merencanakan langkah lebih efisien."

"Aku tidak butuh efisiensi sekarang!" desis Riku pelan, semakin frustrasi. Dia tahu bahwa Aether hanya memberikan informasi berdasarkan logika, tapi kadang-kadang jawaban-jawaban itu terasa sangat tidak relevan di saat-saat seperti ini.

Saat dia berjalan melewati sebuah toko kecil yang menjual makanan, perutnya mulai berbunyi keras. Dia berhenti sejenak, menatap etalase yang penuh dengan roti dan sup hangat. Namun, dia tidak punya uang lokal untuk membeli apa pun.

Aether: "Analisis energi tubuh menunjukkan bahwa kadar gula darah Anda menurun 15% dari rata-rata normal. Rekomendasi: konsumsi makanan dalam waktu dekat untuk menghindari hipoglikemia."

"Aku tahu aku lapar, Aether!" balas Riku, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Seorang wanita tua di dekatnya memberikan tatapan aneh, seolah-olah Riku adalah orang gila yang berbicara kepada dirinya sendiri.

Dia mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya mulai dipenuhi oleh ide untuk mematikan laporan-laporan tidak penting dari Aether. "Aether, apakah ada cara untuk mematikan laporan-laporan ini?" tanyanya dalam hati.

Aether: "Negatif. Sistem pelaporan otomatis tidak dapat dinonaktifkan karena merupakan fitur inti untuk menjaga stabilitas pengguna."

"Tidak ada cara sama sekali?" gumam Riku, frustrasi.

Aether: "Affirmative. Fitur ini dirancang untuk memastikan bahwa pengguna selalu mendapatkan informasi penting dalam situasi kritis."

"Informasi penting?" ulang Riku, hampir tertawa. "Kalau begitu, kenapa kamu selalu memberikan laporan tentang hal-hal yang tidak penting?"

Aether: "Semua laporan dianggap penting berdasarkan analisis data real-time."

Riku menghela napas panjang, mencoba menahan diri untuk tidak membalas komentar Aether. Dia tahu bahwa AI-nya hanya bekerja berdasarkan logika, tapi kadang-kadang jawaban-jawaban itu terasa seperti gangguan kecil yang tak perlu.

Setelah beberapa menit berjalan, Riku akhirnya tiba di Penginapan Lumina. Bangunan itu tampak sederhana tapi nyaman, dengan lampu-lampu kecil yang bersinar di depan pintu masuknya. Dia masuk ke dalam, disambut oleh aroma makanan hangat yang langsung membuat perutnya semakin lapar.

Seorang pria paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya di meja resepsionis. "Selamat datang! Apa kamu butuh kamar?"

Lihat selengkapnya