Aku Bereinkarnasi Bersama AI di Dunia Lain

Tino Perdiyansya
Chapter #5

Menemukan Tujuan

Setelah makan, Riku kembali ke tempat tidurnya. Dia merasa lelah, baik secara fisik maupun mental. Dia berbaring di tempat tidur, mencoba mengatur pikirannya. Pikirannya terus melayang-layang antara pertanyaan-pertanyaan tentang dunia baru ini dan masa lalunya.

"Apa tujuanku di sini?" gumam Riku dalam hati, suaranya hampir tidak terdengar. "Apakah ini semua hanya kebetulan, atau ada alasan tertentu?"

Aether: "Analisis data tidak menunjukkan motif spesifik yang dapat dikaitkan dengan reinkarnasi Anda. Namun, berdasarkan probabilitas, ada 68% kemungkinan bahwa aktivitas sebelum reboot Anda terkait dengan migrasi data ke dunia ini."

"Aku tidak butuh analisismu sekarang, Aether," balas Riku dalam hati, frustrasi. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya, memikirkan bagaimana dia bisa bertahan di dunia baru ini. "Bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa hidup di sini? Apakah aku harus belajar sihir? Atau mencari pekerjaan?"

Aether: "Rekomendasi: analisis data menunjukkan bahwa 75% pendatang baru memilih untuk mempelajari sihir sebagai langkah pertama. Namun, ada juga 20% yang memilih pekerjaan non-sihir sebagai alternatif."

"Aku tidak butuh statistik itu sekarang, Aether!" gumam Riku, merasa terganggu. Dia mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya terus melayang-layang. Dia merasa seperti terjebak dalam labirin pertanyaan yang tak ada jawabannya.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Riku pelan, matanya mulai berat. "Apa tujuan hidupku di sini? Apakah ini semua hanya kebetulan, atau ada alasan tertentu?"

Aether: "Analisis pola pikiran menunjukkan bahwa tingkat stres Anda mencapai 75%. Rekomendasi: istirahat dan tidur dapat membantu menstabilkan kondisi emosional."

Riku menghela napas panjang, merasa lelah dan bingung. Dia merasa seperti berada dalam mimpi yang tak berkesudahan. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari jawaban atas semua pertanyaan yang ada di benaknya. Akhirnya, setelah beberapa saat, dia mulai merasa lelap.

Dia tertidur lelap, pikirannya masih dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Tapi setidaknya, untuk sementara waktu, dia bisa merasa tenang. Dunia baru ini mungkin penuh dengan tantangan, tapi dia tahu bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja.

Ketika Riku membuka matanya, yang pertama dia dengar adalah suara Aether yang datar.

Aether: "Analisis kondisi tubuh menunjukkan bahwa tingkat regenerasi selular Anda mencapai 92%. Rekomendasi: lakukan aktivitas fisik ringan untuk mempercepat proses pemulihan."

"Aku tidak butuh rekomendasimu sekarang, Aether," gumam Riku dalam hati, mencoba duduk tegak di tempat tidur. Dia merasa sedikit lebih baik setelah tidur, meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.

Riku berdiri dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, dia turun ke lantai bawah penginapan. Suasana pagi di penginapan masih tenang, dengan hanya beberapa tamu yang sedang sarapan di meja kecil di pojok ruangan. Dia melihat seorang pria paruh baya yang sedang memasak di dapur. Pria itu menoleh dan tersenyum ramah saat melihat Riku.

"Selamat pagi!" kata pria itu dengan suara hangat. "Kamu pasti Riku. Aku Dion, pemilik penginapan ini. Apakah kamu sudah tidur dengan nyaman?"

"Ya, terima kasih," jawab Riku, mencoba tersenyum. "Aku merasa lebih baik sekarang."

Dion mengangguk dan menunjuk ke meja kecil di pojok ruangan. "Sudah disiapkan sarapan sederhana untukmu. Makanlah, nanti kita bisa bicara lebih lanjut."

Riku berjalan ke meja tersebut dan melihat piring berisi roti panggang, telur dadar, dan secangkir kopi panas. Dia duduk dan mulai memakan sarapan itu, mencoba menikmati rasa yang asing baginya.

"Sarapan enak," gumam Riku, mencoba bersikap sopan. "Terima kasih."

Dion tersenyum dan duduk di sebelahnya. "Senang mendengarnya. Jadi, bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah ada yang perlu kamu tanyakan?"

Lihat selengkapnya