Keesokan harinya, Riku membuka matanya dengan perasaan yang sedikit lebih ringan dibandingkan kemarin. Namun, seperti biasa, suara Aether langsung menyambutnya sebelum dia sempat sepenuhnya sadar.
Aether: "Analisis kondisi tubuh menunjukkan bahwa tingkat regenerasi selular Anda mencapai 94%. Rekomendasi: lakukan peregangan ringan untuk mempercepat proses pemulihan."
"Aku tidak butuh rekomendasimu sekarang, Aether," gumam Riku pelan, mengucek matanya sambil duduk di tepi tempat tidur. Dia merasa lebih segar setelah tidur semalaman, meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang dunia baru ini. Namun, satu hal yang pasti: dia ingin kembali ke perpustakaan hari ini dan melanjutkan pembacaannya. Pengetahuan adalah kuncinya untuk bertahan di dunia ini, dan mungkin, suatu hari nanti, dia bisa menemukan jawaban atas semua misteri yang mengelilinginya.
Setelah membersihkan diri dan berpakaian, Riku turun ke lantai bawah penginapan untuk sarapan. Dion, pemilik penginapan, sudah menyiapkan makanan sederhana untuknya—roti panggang, telur dadar, dan secangkir teh hangat. Suasana pagi di penginapan masih tenang, hanya ada beberapa tamu lain yang sedang menikmati sarapan mereka.
"Selamat pagi, Riku," kata Dion dengan senyum ramah. "Bagaimana perasaanmu hari ini?"
"Lebih baik, terima kasih," jawab Riku sambil duduk di meja kecil di pojok ruangan. Dia mulai memakan sarapannya, mencoba menikmati rasa yang asing baginya. Meskipun begitu, dia merasa sedikit lebih nyaman dengan rutinitas sederhana seperti ini.
Dion mengangguk dan duduk di sebelahnya. "Rencanamu hari ini?"
"Aku akan kembali ke perpustakaan," jawab Riku sambil melahap roti panggangnya. "Ada banyak buku yang ingin aku baca. Semoga saja aku bisa memahami lebih banyak tentang sihir dan dunia ini."
Dion tersenyum kecil. "Itu ide yang bagus. Dunia ini penuh dengan pengetahuan yang bisa kamu manfaatkan. Jika kamu butuh informasi tambahan, jangan ragu untuk bertanya."
Setelah selesai sarapan, Riku berterima kasih kepada Dion dan keluar dari penginapan. Udara pagi di kota kecil ini masih segar, dengan embun yang masih menetes dari dedaunan bersinar. Jalanan belum terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang berjalan santai atau berbicara dengan teman-teman mereka. Riku merasa sedikit lebih nyaman dengan suasana pagi yang tenang ini.
Namun, saat dia berjalan menuju perpustakaan, dia melihat Lume sedang berdiri di dekat sebuah toko kecil, tampak sedang berbincang dengan seorang pedagang. Lume melihat Riku dan melambaikan tangannya.
"Halo, Riku!" seru Lume dengan nada riang. "Bagaimana harimu?"
Riku tersenyum kecil dan mendekat. "Halo, Lume. Aku baik-baik saja. Aku mau ke perpustakaan lagi hari ini. Masih banyak yang harus kupelajari."
Lume mengangguk paham. "Oh, ya? Bagus sekali. Pengetahuan adalah kunci untuk bertahan di dunia ini. Apakah kamu sudah menemukan sesuatu yang menarik?"
"Ya," jawab Riku, matanya berbinar. "Aku mulai memahami bahwa sihir di sini mirip dengan pemrograman. Ada algoritma, mantra debugging, bahkan bug dalam sistem sihir. Ini sangat menarik bagi seorang programmer sepertiku."
Lume tertawa kecil. "Tentu saja. Sistem sihir di Dunia Eterna memang dirancang dengan logika yang kuat. Kamu pasti bisa memanfaatkan pengetahuanmu sebagai programmer untuk memahami sihir lebih dalam."
Riku mengangguk, merasa semakin yakin dengan jalannya. "Ya, aku merasa seperti akhirnya menemukan sesuatu yang bisa kulakukan di sini."