Aku Bereinkarnasi Bersama AI di Dunia Lain

Tino Perdiyansya
Chapter #10

Eksperimen Sihir

Pagi di alun-alun kota kecil Dunia Eterna terasa begitu hidup. Matahari bersinar cerah, memantulkan cahaya keemasan pada air mancur besar yang berada di tengah lapangan terbuka. Udara segar dipenuhi oleh aroma bunga-bunga yang tumbuh di sekitar alun-alun, sementara orang-orang lalu-lalang dengan aktivitas masing-masing—beberapa sedang berbelanja, ada yang duduk di bangku menikmati teh hangat, dan beberapa lagi tampak berlatih sihir di sudut-sudut lapangan.

Riku berdiri di dekat air mancur, tablet kristal kecil di tangannya berkilau lemah karena pantulan sinar matahari. Dia sudah menunggu selama beberapa menit, merasa gugup tapi juga bersemangat. Hari ini adalah hari penting baginya—hari di mana dia akan mencoba menyempurnakan sihirnya lebih jauh dengan bantuan Lume dan Lyra.

"Aether," gumam Riku pelan, "apa mereka sudah datang?"

Aether: "Analisis visual menunjukkan bahwa Lume dan Lyra sedang mendekati lokasi Anda. Estimasi waktu kedatangan: 45 detik."

Riku menghela napas panjang, merasa lega. Dia tidak ingin terlalu lama sendirian di tempat ramai seperti ini. Meskipun suasana alun-alun cukup tenang dibandingkan pusat kota, kerumunan kecil tetap membuatnya sedikit tegang.

Tepat seperti prediksi Aether, beberapa detik kemudian Lume dan Lyra muncul dari balik kerumunan. Lume tampak santai dengan senyum kecil di wajahnya, sementara Lyra membawa tas kecil yang sepertinya berisi beberapa alat sihir.

"Selamat pagi, Riku!" seru Lume dengan nada riang. "Siap untuk bereksperimen hari ini?"

Riku tersenyum kecil, meskipun matanya masih penuh dengan ketegangan. "Ya, aku siap. Terima kasih sudah mau datang membantu."

Lyra tersenyum lembut. "Tidak masalah. Kami penasaran melihat apa yang bisa kamu lakukan dengan pemrogramanmu."

Riku menggaruk belakang kepalanya, merasa sedikit malu. "Masih banyak yang harus diperbaiki, tapi... aku berharap bisa menunjukkan sesuatu yang lebih baik hari ini."

Setelah berbincang sejenak, mereka memutuskan untuk mencari tempat yang lebih sepi di sudut alun-alun. Di sana, mereka bisa fokus tanpa khawatir mengganggu orang lain. Riku meletakkan tablet kristal di tanah dan mulai menjelaskan rencananya.

"Baiklah," kata Riku, suaranya penuh semangat. "Hari ini, aku ingin mencoba meningkatkan stabilitas output sihirku. Kemarin, aku berhasil membuat bola cahaya yang bertahan lebih lama, tapi masih ada bug dalam algoritmanya. Aku juga ingin mencoba elemen lain—mungkin angin atau api."

Lume mengangguk, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. "Kedengarannya menarik. Tapi, apa yang kamu maksud dengan 'bug' dalam algoritma sihir?"

Riku tersenyum tipis. "Nah, ini mirip dengan pemrograman komputer. Bug adalah kesalahan dalam kode yang menyebabkan program tidak bekerja seperti yang diharapkan. Dalam kasus sihir, itu bisa berarti output yang tidak stabil atau bahkan gagal total."

Lyra tampak bingung. "Jadi... sihir bisa salah?"

"Betul," jawab Riku. "Sihir di dunia ini memiliki struktur logis, sama seperti program komputer. Jika ada kesalahan dalam input atau proses, maka hasilnya juga akan salah."

Aether: "Affirmative. Analisis data menunjukkan bahwa probabilitas bug dalam algoritma sihir Riku adalah 32%. Rekomendasi: lakukan debugging secara sistematis."

Riku mengabaikan komentar Aether kali ini, lalu melanjutkan penjelasannya. "Untuk memperbaiki bug, aku perlu memeriksa setiap langkah dalam algoritma—input, proses, dan output. Ini mirip dengan cara programmer memperbaiki bug dalam kode."

Lume mengangguk-angguk, meskipun tampaknya dia tidak sepenuhnya memahami. "Kalau begitu, ayo kita lihat bagaimana caranya!"

Riku menarik napas dalam-dalam, lalu mulai menjelaskan algoritma sihir yang telah dia persiapkan.

"Baiklah," katanya, "ini adalah algoritma dasar untuk bola cahaya yang lebih stabil."

Lihat selengkapnya